KONTROL SOSIAL PENDIDIKAN
Oleh : Rudi Hartono,
M. Pd. I.
Guru SD Islam
Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat
Siklus Belajar Individu di Masyarakat
Secara sederhana pendidikan merupakan produk dari
masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi
pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya
kepada generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh
kekuatan-kekuatan
masyarakat. Oleh karena itu, kalau kita cermati hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik dirumah. Sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
masyarakat. Oleh karena itu, kalau kita cermati hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik dirumah. Sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Selanjutnya bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat
bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat
melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan,
keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota.
Oleh karena itu maka betullah apa yang dikatakan oleh Suaidin dalam buunya pendidikan berbasis masyarakat, di sana beliau mengatakan, “Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi” .Kalau kita lihat dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ramdani Wahyu beliau mengatakan “sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya”. Selanjutnya apa si sebenarnya manusia itu, menurut Abu Ahmadi, manusia adalah merupakan makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologik.
Oleh karena itu maka betullah apa yang dikatakan oleh Suaidin dalam buunya pendidikan berbasis masyarakat, di sana beliau mengatakan, “Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi” .Kalau kita lihat dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ramdani Wahyu beliau mengatakan “sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya”. Selanjutnya apa si sebenarnya manusia itu, menurut Abu Ahmadi, manusia adalah merupakan makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologik.
Sedangkan menurut
Samsu Yusuf, selain anggota keluarga baru itu belajar mengetahui, mempelajari
serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya maka bisa
kita cermati pula bahwa sang bayi juga memahami esensi nilai- nilai kemanusiaan
dari keluarganya dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta
semua tindak tanduk yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat
oleh belaian kasih sayang manusia dewasa.
Deskripsi di
atas hanyalah sebagian kecil dari siklus belajar individu di dalam masyarakat. Proses tersebut berlangsung pula ketika kita menjadi
manusia dewasa. Apabila kita memenuhi kewajiban sebagai
saudara laki-laki, suami atau warga Negara.
Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa.Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal
tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media
komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka.
Bahkan menurut Slameto, “pada siang hari pemuda- pemuda ini harus selalu sigap
dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari
nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah,
beternak, berburu dan sebagainya”.Dalam cerita itu tersirat pula
adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di
masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang
sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai
sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara
menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan
manusia semata, tetapi memiliki makna sakral
yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta
upacara-upacara ritual.
Demikianlah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi mempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secara khusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan system sosial
masyarakat. Sayangnya seiring dengan
bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan
karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan
kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang
menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik
klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja secara
perlahan-lahan mulai runtuh. Oleh sebab itu maka menurut Douglas, “beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem
pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi
formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi
sederhana tentang renikrenik karakter fungsi
pendidikan di masyarakat”. Melihat alur
perkembangannya maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai
dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins, tentang
tiga tipe dasar pendidikan yang hadir
di seluruh dunia, yakni:
- Pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat agraris awal.
- Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri.
- Pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
Pengaruh
modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan
yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara pada
akhir abad ke 20 an. Sebagaimana penuturan Tilaar bahwa, “dalam masyarakat yang
sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan
yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-lembaga tersebut merupakan
suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal
yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”. Dari analisis
tersebut kiranya cukup jelas pemahaman kita apabila masyarakat Indonesia
semenjak kemerdekaannya tidak pernah lepas dari kehidupan pendidikannya. Dengan
upaya penerapan sekolah secara merata bagi rakyat di seluruh penjuru tanah air
dapat kita rasakan manfaat besarnya dalam membantu menopang ekskalasi kemajuan
dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Baik itu wajah materiil hasil
pembangunan fisik wilayah Negara kita maupun peningkatan pola pikir manusia
Indonesia yang semakin cerdas menjadi bukti kuat prestasi pendidikan kita. Bisa
disimpulkan pula bahwa alam reformasi yang kita rasakan saat inimerupakan salah
satu aspek jerih payah kerja sekolah- sekolah di Indonesia (termasuk perguruan
tinggi) demi mencapai cita-citarakyat Indonesia.
Sehingga dengan
begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi
sosialnya.
Fungsi-fungsi Sekolah
Pada hakikatnya
sekolah bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan
yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan kedewasaannya secara
utuh dan tersalurkannya bakat-bakat potensial yang ia miliki. Namun dalam konteks
sosial pada kenyataannya sekolah mempunyai beberapa fungsi yakni :
Sekolah
mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan
Apabila kita
meninjau secara menyeluruh proses perjalanan pendidikan sepanjang masa, maka
kita segera melihat kenyataan bahwa kemajuan dalam pendidikan beriringan dengan
kemajuan ekonomi yang secara bersamaan melaju pesat dengan prosesevolusi teknik
berproduksi masyarakat.Dalam masyarakat bercorak agraris yang stabil pendidikan
menyangkut penyampaian keterampilan-keterampilan, keahlian,adat istiadat serta
nilai-nilai. Sementara itu pada sistem ekonomi masyarakat
maju, sistem pendidikan tentunya mempunyai kecenderungan untuk memberikan
pengetahuan dalam jumlah yang terus bertambah kepada kelompok-kelompok manusia
dalam jumlah besar, karena proses-proses produksi yang lebih seksama
menghendaki pekerja memiliki kualifikasi keahlian yang tinggi. Oleh sebab itu
penerapan sistem sekolah bermaksud untuk memberikan kompetensi-kompetensi jenis
keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas kompleksitasnya. Anak yang
menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan
kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkah.
Makin tinggi pendidikan makin besar harapannya memperoleh pekerjaan yang layak
dan memiliki prestise tinggi. Dengan ijasah yang
tinggi seseorang dapat memahami dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas
lain yang dipercayakan kepadanya.
Sebagai alat
transmisi kebudayaan
Fungsi
transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak menurut Vembriarto dapat dibedakan
menjadi dua macam, yaitu :
- Transmisi pengetahuan & keterampilan
- Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma- norma.
Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan
tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan
sosial serta penemuan-penemuan teknologi. Dalam
masyarakat industri yang kompleks, fungsi transmisi pengetahuan
tersebut sangat penting sehingga proses belajar di sekolah
memakan waktu lebih lama, membutuhkan guru-guru dan lembaga
yang khusus. Sementara itu, dalam masyarakat moderndi
sekolah, anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga
sikap, nilai-nilai dan norma-norma.Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu
dipelajari secara informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah.
Melalui contoh pribadi guru, isi cerita buku-buku bacaan pelajaran sejarah dan
geografi serta situasi lingkungan sekolah anak mempelajari sikap,nilai-nilai
dan norma-norma masyarakat.
Sekolah
mengajarkan peranan sosial
Pendidikan
diharapkan membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia
sekalipun berbeda agama,suku bangsa, pendirian dan sebagainya.Ia juga harus
dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Kalau
diselidiki, tentu akan ditemukan bermacam-macam alasan lain mengapa orang tua
menyekolahkan anaknya. Misalkan menyekolahkan anak gadis sampai ada yang
meminangnya, atau menyerahkan anaknya ke dalam pengawasan guru karena lebih sulit
mengurusinya sendiri di rumah dan sebagainya.
Sekolah menyediakan
tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan dipandang menjadi alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama bagi negara. Dalam hubungan ini, modal manusiawi dianggap
jauh melebihi pentingnya modal-modal fisik apapun juga; bahkan bagi para ahli
ekonomi yang agresif sampai menunjukkan perbedaan signifikansi modal dalam
wujud angka-angka presentase. Merekam ini memiliki keyakinan kuat bahwa
orang-orang terdidik begitu produktif dalam melaksanakan tugas pekerjaan,
tanggap terhadap tuntutan keterampilan baru, serta mampu menunjukkan loyalitas
yang lebih tinggi terhadap dunia pekerjaannya. Inilah salah satu bukti dari
kiprah pendidikan di Indonesia pada waktu segenap rakyat dan lapisan masyarakat
memiliki hajat besar untuk membangun negaranya.
Sekolah membuka
kesempatan memperbaiki nasib
Semenjak diterapkannya sistem persekolahan yang bias dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat diseluruh
penjuru tanah air maka secara otomatis telah mendobrak tembok ketimpangan
sosial masyarakat feodal dan menggantinya dengan bentuk mobilitas
terbuka. Sekolah menjadi tempat yang paling strategis
untuk menyalurkan kebutuhan mobilitas vertical dalam kerangka stratifikasi
sosial masyarakat. Perubahan ini cukup menyeruak karena di dalam
tatanan sosialnya telah mengalami pergeseran kriteria-kriteria pekerjaan yang
secara tidak langsung mengubah kontruksi susunan masyarakat secara drastis. Bagi orang-orang yang ingin menapaki karier hidup yang lebih prestisius maka mereka cukup mendaftarkan diri ke lembaga sekolah dan berproses secara serius sampai pada akhirnya menerima bukti kelulusan. Bisa dijamin ijasah yang didapat dari sekolah tersebut lebih diperhatikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dari pada gelar bangsawan yang sudah mulai usang. Sehingga hal ini senada dengan apa yang di
utarakan oleh Hermanto, “bahwa melalui pendidikan orang
dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan
yang lebih tinggi”
Menciptakan integrasi
sosial
Dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan pluralistik,terjaminnya
integrasi sosial merupakan fungsi pendidikan sekolah yang cukup penting. Masyarakat Indonesia mengenal bermacam macam
suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri, bermacam-macam
bahasa daerah, agama, pandangan politik dan lain sebagainya. Dalam keadaan
demikian bahaya disintegrasi sosial sangat besar. Sebab itu tugas pendidikan
sekolah yang terpenting adalah menjamin integrasi sosial. Untuk menjamin
integrasi sosial itu, caranya ialah sebagai berikut.
- Sekolah mengajarkan bahasa nasional. Bahasa nasional ini memungkinkan komunikasi antara suku-suku dan golongan yang berbeda-beda dalam masyarakat.Pengajaran bahasa nasional ini merupakan cara yang paling efektif untuk menjamin integrasi sosial.
- Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran dan buku bacaan di sekolah. Dengan pengalaman yang sama itu akan berkembang sikap dan nilai-nilai yang sama dalam diri anak.
- Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional(national identity) melalui pelajaran sejarah dan geografi nasional, upacara-upacara bendera, peringatan hari besarnasional, lagu-lagu nasional dan sebagainya. Pengenalan kepribadian nasional itu akan menimbulkan perasaan nasionalis medan perasaan nasionalisme itu akan membangkitkan patriotisme.
Kontrol Sosial
Pendidikan
Di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian social atau social
control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan khususnya pemerintah beserta aparaturnya. Asumsi tersebut memang
ada benarnya namun dalam pengertian yang mendasar pengendalian social tidak hanya
berhenti pada pengertian itu saja.
Arti
sesungguhnya pengendalian sosial jauh lebih luas, karena pada pengertian tersebut
tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik,
mengajak atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah
dan nilai sosial yang berlaku, sehingga pada segi sosialnya sekolah memegang peranan
penting dalam sosialisasi anak-anak.
Sebagai salah satu
upaya pengendalian sosial ada empat cara yang dapat digunakan
sekolah yakni :
- Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai daninformasi melalui pengajaran secara langsung, misalnya tentang falsafah negara, sifat-sifat warga negara yang baik,struktur pemerintahan, sejarah bangsa dan sebagainya.
- Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, Pramuka, kelompok olah raga, dan sebagainya yangdapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari dan mempraktikkan berbagai keterampilan sosial.
- Memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai figur tauladannya. Dalam hal ini guru-guru dan pemimpin sekolah memegang peranan yang penting.
Perubahan Sosial dan Pendidikan
Banyak dibicarakan oleh
publik bahwa masyarakat kitasaat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan.
Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan lahan akan mengalami pemudaran.[1].Perubahan dalam masyarakat memang telah ada
sejak jaman dulu.Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan
sangat cepat. Hal ini membingungkan manusia yang menghadapinya. Ada masyarakat
yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan,ada yang lambat bahkan ada yang
sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat
umumnya. Hal ini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan
untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan,
cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya
antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang
atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan juga
berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Meskipun kekayaan sumber daya alam bukan faktor
penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat dibandingkan dengan kekayaan sumber
daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam
dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap
akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola hidup manusia. Apabila produk
dan jasa yang menjadi ukuran kekuatan suatu masyarakat potensial bagi masyarakat
tertentu,maka mereka itu yang akan mampu menguasai pasar, yang akhirnya merekalah
yang akan mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Akhirnya penguasaan
teknologi yang akan menghasilkan unggulan suatu bangsa. Berdasarkan
tinjauan di atas, bahwa untuk mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak
dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas, unsur
kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting
untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu. Berarti pendidikan yang
menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan dalam pola pendidikan
umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber informasi
pendidikan bagi generasi bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami
pergeseran, pendidikan bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi
menjadi kondisi apapun yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya perubahan
nilai-nilai manusia. Kondisi dalam kehidupan keluarga, kondisi yang
terjadi dalam masyarakat luas sebagai panggung pentas budaya bangsa kondisi
yang ditampilkan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronika, kondisi
yang terjadi di sekolah kesemuanya secara bersama-sama mewujudkan terjadinya
proses pendidikan bagi generasi bangsa kita. Baik dipandang dari dimensi
tuntutan kualitas manusia masa kini dan masa datang maupun dari kondisi
pendidikan yang semakin kompleks dan multi dimensional itu, maka pendidikan kita
telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak kita mengaktualisasikan
diri dalam kondisi yang terkontrol baik dirumah maupun di sekolah untuk
mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam kehidupan di masyarakat luas
yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses pendidikan formal semakin
besar. Peran pendidikan orang tua dan pendidikan
Kesimpulan
Pendidikan berbasis
mayarakat adalah bahwa masyarakat yang menentukan kebijakan serta ikut
berpartisipasi didalam mananggung beban pendidikan, bersam seluruh masyarakat
setempat, tenteng pendidikan yang bernmiutu bagi anak-anak mereka.dalam
pengertian ini masyarakat tidak semestinya menyerahkan seliruh pendidikan
anak-anak mereka kepada sekolah semata-mata, tetapi ikut memikirkan serta
bertanggung jawab bersama kalangan pendidikan akan berhasilnya pendidikan
anak-anak mereka.
Dengan demikian diharapkan agar terciptanya huibungnan yang harmonis
pendidikan dirumah dan disekolah serta pendidikan diluar sekolah. Ditekankann
dalm amanat bahwa segenap lapisan masyarakat, bangsa dan Negara
Indonesia memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam semua aspek
pengelolaaan pendidikan disemua jenis dan jenjang karena pendidikan adalah
tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan masyarakat. Sekolah dapat merekonstruksiatau mengubah dan
membentuk kembali masyarakat baru. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada
umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang
ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah tak dapat
melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol
pihak yang berkuasa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, ( Jakarta: PT.
Rineka Cipta, 2003 )
Arcaro,Jerome
S, pendidikan berbasis mutu,
(yokyakarta : Pustaka Pelajar, 2007 )
Douglas. Teori Sosiologi Modern. ( Jakarta: Kencana, 2008 )
Heri, Agus
Brutosusilo. Masyarakat dan Kebebasan.
( Jakarta :
Rajawali. 1986 )
Nehnevajsa,
Jiri. Sosiologi Modernisasi. ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993 )
Shadily,
Hassan, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia,
( Jakarta: PT Bina
Aksara, 1984 )
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang
mempenagruhinya, ( Jakarta : Rineka cipta 2003 )
Soekanto,
Soerjono, Sosiologi Suatu pengantar, ( Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2000 )
Subaidin, Pendidikan Berbasis Masyarakat,(
Yogyakarya : pustaka pelajar, 2007 )
Sunarto,
Kamanto. Pengantar Sosiologi. ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia, 1993 )
Syah, Muhibbin.
Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
Vysen. A. Individu
dan Masyarakat. ( Bandung: Sumur
Bandung. 1967 )
Wahyu, Ramdani,
Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2007 )
Widagdho,
Djoko, Ilmu Budaya Dasar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001 )
Winarno dan
Herimanto ,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar,
( Jakarta: Bumi
Aksara, 2010 )
Yusuf, Syamsu, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 )
Tidak ada komentar:
Posting Komentar