Kamis, 26 Oktober 2017

Kontrol Sosial Pendidikan, Rudi Hartono, M. Pd. I.



KONTROL SOSIAL PENDIDIKAN
Oleh : Rudi Hartono, M. Pd. I.
Guru SD Islam Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat



Siklus Belajar Individu di Masyarakat
Secara sederhana pendidikan merupakan produk dari masyarakat, karena apabila kita sadari arti pendidikan sebagai proses transmisi pengetahuan, sikap, kepercayaan, keterampilan dan aspek-aspek kelakuan lainnya kepada generasi muda maka seluruh upaya tersebut sudah dilakukan sepenuhnya oleh kekuatan-kekuatan
masyarakat. Oleh karena itu, kalau kita cermati hampir segala sesuatu yang kita pelajari merupakan hasil hubungan kita dengan orang lain baik dirumah. Sekolah, tempat permainan, pekerjaan dan sebagainya. Wajar pula apabila segala sesuatu yang kita ketahui adalah hasil hubungan timbal balik yang ternyata sudah sedemikian rupa dibentuk oleh masyarakat kita.
Selanjutnya bagi masyarakat sendiri hakikat pendidikan sangat bermanfaat bagi kelangsungan dan proses kemajuan hidupnya. Agar masyarakat itu dapat melanjutkan eksistensinya, maka kepada anggota mudanya harus diteruskan nilai-nilai, pengetahuan, keterampilan dan bentuk tata perilaku lainnya yang diharapkan akan dimiliki oleh setiap anggota. 
Oleh karena itu maka betullah apa yang dikatakan oleh Suaidin dalam buunya pendidikan berbasis masyarakat, di sana beliau mengatakan, “Setiap masyarakat berupaya meneruskan kebudayaannya dengan proses adaptasi tertentu sesuai corak masing-masing periode jaman kepada generasi muda melalui pendidikan, secara khusus melalui interaksi sosial dengan demikian pendidikan dapat diartikan sebagai proses sosialisasi.Kalau kita lihat dalam pengertian tersebut, pendidikan sudah dimulai semenjak seorang individu pertama kali berinteraksi dengan lingkungan eksternal di luar dirinya, yakni keluarga. Seorang bayi yang baru lahir tentunya hidup dalam keadaan yang tidak berdaya sama sekali. Menyadari hal demikian sang ibu berupaya memberikan segala bentuk curahan kasih sayang dan buaian cinta kasih melalui air susunya, perawatan yang lembut serta gendongan yang begitu mesra kepada si bayi. Begitulah proses tersebut berlangsung selama si bayi masih tetap memerlukan pertolongan intensif dari manusia lain. Hal ini senada dengan apa yang diutarakan oleh Ramdani Wahyu beliau mengatakan “sampai pada umur lima tahun bayi itu tumbuh dan berkembang dengan sehat di dalam mahligai cinta kasih perpaduan sepasang manusia yang menjadi orang tuanya. Selanjutnya apa si sebenarnya manusia itu, menurut Abu Ahmadi, manusia adalah merupakan makhluk-makhluk hidup yang lebih sempurna bila dibandingkan dengan makhluk-makhluk hidup yang lain. Akibat dari unsur kehidupan yang ada pada manusia, manusia berkembang dan mengalami perubahan-perubahan, baik perubahan-perubahan dalam segi fisiologik maupun perubahan-perubahan dalam segi psikologik.
Sedangkan menurut Samsu Yusuf, selain anggota keluarga baru itu belajar mengetahui, mempelajari serta melakukan berbagai reaksi terhadap stimulus dari dunia barunya maka bisa kita cermati pula bahwa sang bayi juga memahami esensi nilai- nilai kemanusiaan dari keluarganya dalam bentuk gerak tubuh, belajar berbicara, tertawa serta semua tindak tanduk yang menggambarkan bahwa jiwa raganya telah terpaut erat oleh belaian kasih sayang manusia dewasa. Deskripsi di atas hanyalah sebagian kecil dari siklus belajar individu di dalam masyarakat. Proses tersebut berlangsung pula ketika kita menjadi manusia dewasa. Apabila kita memenuhi kewajiban sebagai saudara laki-laki, suami atau warga Negara. Selain itu, dimensi sejarah juga berbicara serupa.Ratusan tahun silam pendidikan berjalan beriringan dengan struktur dan kebutuhan sosial masyarakat setempat. Bagi masyarakat sederhana yang belum mengenal tulisan maka para pemuda memperoleh tranformasi pengetahuan lewat media komunikasi lisan yang berbentuk dongeng, cerita-cerita dari orang tua mereka. Bahkan menurut Slameto, “pada siang hari pemuda- pemuda ini harus selalu sigap dan tanggap mempelajari, mencermati dan belajar mengaplikasikan teknik-teknik mencari nafkah yang dikembangkan oleh para orangtua baik itu menangkap ikan, memanah, beternak, berburu dan sebagainya”.Dalam cerita itu tersirat pula adat dan agama, cara bekerja dan cara bersosialisasi yang berkembang di masyarakatnya. Tidak mengherankan apabila cerita yang sudah turun temurun diwariskan itu dianggap sebagai sesuatu yang bernilai suci. Sejarah, adat istiadat, norma-norma bahkan cara menangkap ikan atau berburu tidakhanya dipandang sebagai hasil pekerjaan manusia semata, tetapi memiliki makna sakral yang patut disyukuri dengan beberapa persembahan serta upacara-upacara ritual.
Demikianlah perjalanan pendidikan anak manusia telah berlangsung organis sesuai dengan iklim sosialnya. Sedangkan keperluan khusus untuk mendirikan sebuah lingkungan perguruan yang mapan dimulai ketika bangsawan-bangsawan feodal membutuhkan prajurit-prajurit serta punggawa kerajaan yang tangguh demi mempertahankan harta kekayaan milik sang raja. Mereka secara khusus dididik dalam lingkungan tersendiri agar memiliki kecakapan dan keahlian tertentu sesuai dengan kebutuhan system sosial masyarakat. Sayangnya seiring dengan bertambahnya umur bumi ini maka kisah pergulatan karakter masyarakat tersebut mulai bergeser selaras dengan kecenderungan spirit jaman yang sudah berubah. Bagaimanapun juga penderitaan rakyat yang menjadi bahan bakar perputaran gerigi kehidupan feodal telah mencapai titik klimaksnya. Kekuasaan para raja yang bersenyawa dengan kekuatan gereja secara perlahan-lahan mulai runtuh. Oleh sebab itu maka menurut Douglas, “beberapa wilayah Eropa Barat mulai menerapkan sistem pendidikan modern yang memanfaatkan mekanisme organisasi formal dalam mengelola proses pendidikannya.Itulah cuplikan kecil argumentasi sederhana tentang renikrenik karakter fungsi pendidikan di masyarakat”. Melihat alur perkembangannya maka berbagai jenis konfigurasi pendidikan diatas sesuai dengan konsep yang diutarakan oleh RandallCollins, tentang tiga tipe dasar pendidikan yang hadir di seluruh dunia, yakni:
  1. Pendidikan keterampilan dan praktis, yakni pendidikanyang dilaksanakan untuk memberikan bekal keterampilan maupun kemampuan teknis tertentu agar dapat diaplikasikankepada bentuk mata pencaharian masyarakat. Jenispendidikan ini dominan di dalam masyarakat yang masih sederhana baik itu berburu dan meramu, nelayan atau jugamasyarakat agraris awal.
  2. Pendidikan kelompok status, yaitu pengajaran yang diupayakan untuk mempertahankan prestise, simbol serta hak-hak istimewa (privilige) kelompok elit dalam masyarakat yang memiliki pelapisan sosial. Pada umumnya pendidikan ini dirancang bukan untuk digunakan dalam pengertian teknis dan sering diserahkan kepada pengetahuan dan diskusi badan-badan pengetahuan esoterik. Pendidikan ini secara luas telah dijumpai dalam masyarakat-masyarakat agraris dan industri. 
  3. Pendidikan birokratis yang diciptakan oleh pemerintahan untuk melayani kepentingan kualifikasi pekerjaan yang berhubungan dengan pemerintahan serta berguna pula sebagai sarana sosiolisasi politik dari model pemerintahan kepada masyarakat awam. Tipe pendidikan ini pada umumnya memberi penekanan pada ujian, syarat kehadiran, peringkat dan derajat.
Pengaruh modernisasi di berbagai sektor kehidupan telah melahirkan karakter pendidikan yang hampir sama meskipun memiliki ciri khas tertentu di tiap-tiap negara pada akhir abad ke 20 an. Sebagaimana penuturan Tilaar bahwa, “dalam masyarakat yang sudah maju, proses pendidikan sebagian dilaksanakan dalam lembaga pendidikan yang disebut sekolah dan pendidikan dalam lembaga-lembaga tersebut merupakan suatu kegiatan yang lebih teratur dan terdeferensiasi. Inilah pendidikan formal yang biasa dikenal oleh masyarakat sebagai “schooling”. Dari analisis tersebut kiranya cukup jelas pemahaman kita apabila masyarakat Indonesia semenjak kemerdekaannya tidak pernah lepas dari kehidupan pendidikannya. Dengan upaya penerapan sekolah secara merata bagi rakyat di seluruh penjuru tanah air dapat kita rasakan manfaat besarnya dalam membantu menopang ekskalasi kemajuan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Baik itu wajah materiil hasil pembangunan fisik wilayah Negara kita maupun peningkatan pola pikir manusia Indonesia yang semakin cerdas menjadi bukti kuat prestasi pendidikan kita. Bisa disimpulkan pula bahwa alam reformasi yang kita rasakan saat inimerupakan salah satu aspek jerih payah kerja sekolah- sekolah di Indonesia (termasuk perguruan tinggi) demi mencapai cita-citarakyat Indonesia. Sehingga dengan begitu masyarakat tidak pernah kering dari dinamika perubahan dan evolusi sosialnya.
Fungsi-fungsi Sekolah
Pada hakikatnya sekolah bertugas untuk memberikan bekal pengetahuan, keterampilan dan kemampuan yang diperlukan seseorang agar ia dapat menapaki perjalanan kedewasaannya secara utuh dan tersalurkannya bakat-bakat potensial yang ia miliki. Namun dalam konteks sosial pada kenyataannya sekolah mempunyai beberapa fungsi yakni :
Sekolah mempersiapkan seseorang untuk mendapat suatu pekerjaan
Apabila kita meninjau secara menyeluruh proses perjalanan pendidikan sepanjang masa, maka kita segera melihat kenyataan bahwa kemajuan dalam pendidikan beriringan dengan kemajuan ekonomi yang secara bersamaan melaju pesat dengan prosesevolusi teknik berproduksi masyarakat.Dalam masyarakat bercorak agraris yang stabil pendidikan menyangkut penyampaian keterampilan-keterampilan, keahlian,adat istiadat serta nilai-nilai. Sementara itu pada sistem ekonomi masyarakat maju, sistem pendidikan tentunya mempunyai kecenderungan untuk memberikan pengetahuan dalam jumlah yang terus bertambah kepada kelompok-kelompok manusia dalam jumlah besar, karena proses-proses produksi yang lebih seksama menghendaki pekerja memiliki kualifikasi keahlian yang tinggi. Oleh sebab itu penerapan sistem sekolah bermaksud untuk memberikan kompetensi-kompetensi jenis keahlian dalam lahan pekerjaan yang terbentang luas kompleksitasnya. Anak yang menamatkan sekolah diharapkan sanggup melakukan pekerjaan sesuai dengan kebutuhan dunia pekerjaan atau setidaknya mempunyai dasar untuk mencari nafkah. Makin tinggi pendidikan makin besar harapannya memperoleh pekerjaan yang layak dan memiliki prestise tinggi. Dengan ijasah yang tinggi seseorang dapat memahami dan menguasai pekerjaan kepemimpinan atau tugas lain yang dipercayakan kepadanya.

Sebagai alat transmisi kebudayaan
Fungsi transmisi kebudayaan masyarakat kepada anak menurut Vembriarto dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu :
  1. Transmisi pengetahuan & keterampilan
  2. Transmisi sikap, nilai-nilai dan norma- norma.
Transmisi pengetahuan ini mencakup pengetahuan tentang bahasa, sistem matematika, pengetahuan alam dan sosial serta penemuan-penemuan teknologi. Dalam masyarakat industri yang kompleks, fungsi transmisi pengetahuan tersebut sangat penting sehingga proses belajar di sekolah memakan waktu lebih lama, membutuhkan guru-guru dan lembaga yang khusus. Sementara itu, dalam masyarakat moderndi sekolah, anak tidak hanya mempelajari pengetahuan dan keterampilan, tetapi juga sikap, nilai-nilai dan norma-norma.Sebagian besar sikap dan nilai-nilai itu dipelajari secara informal melalui situasi formal di kelas dan di sekolah. Melalui contoh pribadi guru, isi cerita buku-buku bacaan pelajaran sejarah dan geografi serta situasi lingkungan sekolah anak mempelajari sikap,nilai-nilai dan norma-norma masyarakat.
Sekolah mengajarkan peranan sosial
Pendidikan diharapkan membentuk manusia sosial yang dapat bergaul dengan sesama manusia sekalipun berbeda agama,suku bangsa, pendirian dan sebagainya.Ia juga harus dapat menyesuaikan diri dalam situasi sosial yang berbeda-beda. Kalau diselidiki, tentu akan ditemukan bermacam-macam alasan lain mengapa orang tua menyekolahkan anaknya. Misalkan menyekolahkan anak gadis sampai ada yang meminangnya, atau menyerahkan anaknya ke dalam pengawasan guru karena lebih sulit mengurusinya sendiri di rumah dan sebagainya.
Sekolah menyediakan tenaga pembangunan
Bagi negara-negara berkembang, pendidikan dipandang menjadi alat yang paling ampuh untuk menyiapkan tenaga produktif guna menopang proses pembangunan. Kekayaan alam hanya mengandung arti bila didukung oleh keahlian. Maka karena itu manusia merupakan sumber utama bagi negara. Dalam hubungan ini, modal manusiawi dianggap jauh melebihi pentingnya modal-modal fisik apapun juga; bahkan bagi para ahli ekonomi yang agresif sampai menunjukkan perbedaan signifikansi modal dalam wujud angka-angka presentase. Merekam ini memiliki keyakinan kuat bahwa orang-orang terdidik begitu produktif dalam melaksanakan tugas pekerjaan, tanggap terhadap tuntutan keterampilan baru, serta mampu menunjukkan loyalitas yang lebih tinggi terhadap dunia pekerjaannya. Inilah salah satu bukti dari kiprah pendidikan di Indonesia pada waktu segenap rakyat dan lapisan masyarakat memiliki hajat besar untuk membangun negaranya.
Sekolah membuka kesempatan memperbaiki nasib
Semenjak diterapkannya sistem persekolahan yang bias dinikmati secara merata oleh seluruh lapisan masyarakat diseluruh penjuru tanah air maka secara otomatis telah mendobrak tembok ketimpangan sosial masyarakat feodal dan menggantinya dengan bentuk mobilitas terbuka. Sekolah menjadi tempat yang paling strategis untuk menyalurkan kebutuhan mobilitas vertical dalam kerangka stratifikasi sosial masyarakat. Perubahan ini cukup menyeruak karena di dalam tatanan sosialnya telah mengalami pergeseran kriteria-kriteria pekerjaan yang secara tidak langsung mengubah kontruksi susunan masyarakat secara drastis. Bagi orang-orang yang ingin menapaki karier hidup yang lebih prestisius maka mereka cukup mendaftarkan diri ke lembaga sekolah dan berproses secara serius sampai pada akhirnya menerima bukti kelulusan. Bisa dijamin ijasah yang didapat dari sekolah tersebut lebih diperhatikan oleh pihak-pihak yang berkepentingan dari pada gelar bangsawan yang sudah mulai usang. Sehingga hal ini senada dengan apa yang di utarakan oleh Hermanto, “bahwa melalui pendidikan orang dari golongan rendah dapat meningkat ke golongan yang lebih tinggi
Menciptakan integrasi sosial
Dalam masyarakat yang bersifat heterogen dan pluralistik,terjaminnya integrasi sosial merupakan fungsi pendidikan sekolah yang cukup penting. Masyarakat Indonesia mengenal bermacam macam suku bangsa masing-masing dengan adat istiadatnya sendiri, bermacam-macam bahasa daerah, agama, pandangan politik dan lain sebagainya. Dalam keadaan demikian bahaya disintegrasi sosial sangat besar. Sebab itu tugas pendidikan sekolah yang terpenting adalah menjamin integrasi sosial. Untuk menjamin integrasi sosial itu, caranya ialah sebagai berikut.
  1. Sekolah mengajarkan bahasa nasional. Bahasa nasional ini memungkinkan komunikasi antara suku-suku dan golongan yang berbeda-beda dalam masyarakat.Pengajaran bahasa nasional ini merupakan cara yang paling efektif untuk menjamin integrasi sosial.
  2. Sekolah mengajarkan pengalaman-pengalaman yang sama kepada anak melalui keseragaman kurikulum dan buku-buku pelajaran dan buku bacaan di sekolah. Dengan pengalaman yang sama itu akan berkembang sikap dan nilai-nilai yang sama dalam diri anak. 
  3. Sekolah mengajarkan kepada anak corak kepribadian nasional(national identity) melalui pelajaran sejarah dan geografi nasional, upacara-upacara bendera, peringatan hari besarnasional, lagu-lagu nasional dan sebagainya. Pengenalan kepribadian nasional itu akan menimbulkan perasaan nasionalis medan perasaan nasionalisme itu akan membangkitkan patriotisme.
Kontrol Sosial Pendidikan
Di dalam percakapan sehari-hari, sistem pengendalian social atau social control seringkali diartikan sebagai pengawasan oleh masyarakat terhadap jalannya pemerintahan khususnya pemerintah beserta aparaturnya. Asumsi tersebut memang ada benarnya namun dalam pengertian yang mendasar pengendalian social tidak hanya berhenti pada pengertian itu saja. Arti sesungguhnya pengendalian sosial jauh lebih luas, karena pada pengertian tersebut tercakup segala proses, baik yang direncanakan maupun tidak, yang bersifat mendidik, mengajak atau bahkan memaksa warga-warga masyarakat agar mematuhi kaidah-kaidah dan nilai sosial yang berlaku, sehingga pada segi sosialnya sekolah memegang peranan penting dalam sosialisasi anak-anak. Sebagai salah satu upaya pengendalian sosial ada empat cara yang dapat digunakan sekolah yakni :
  1. Transmisi kebudayaan, termasuk norma-norma, nilai-nilai daninformasi melalui pengajaran secara langsung, misalnya tentang falsafah negara, sifat-sifat warga negara yang baik,struktur pemerintahan, sejarah bangsa dan sebagainya.
  2. Mengadakan kumpulan-kumpulan sosial seperti perkumpulan sekolah, Pramuka, kelompok olah raga, dan sebagainya yangdapat memberikan kesempatan kepada anak-anak untuk mempelajari dan mempraktikkan berbagai keterampilan sosial.
  3. Memperkenalkan anak dengan tokoh-tokoh yang dapat dijadikan anak sebagai figur tauladannya. Dalam hal ini guru-guru dan pemimpin sekolah memegang peranan yang penting.
Perubahan Sosial dan Pendidikan
Banyak dibicarakan oleh publik bahwa masyarakat kitasaat ini tidak pernah lepas dari gejala perubahan. Namun karena gejala tersebut memiliki intensitas yang begitu kuat maka banyak pihak yang mengkhawatirkan ketangguhan “daya tangkal” nilai-nilai masyarakat yang telah mapan menjadi goyah lalu perlahan lahan akan mengalami pemudaran.[1].Perubahan dalam masyarakat memang telah ada sejak jaman dulu.Namun dewasa ini perubahan-perubahan tersebut berjalan dengan sangat cepat. Hal ini membingungkan manusia yang menghadapinya. Ada masyarakat yang sangat cepat mengadopsi suatu perubahan,ada yang lambat bahkan ada yang sangat skeptik, di samping yang terjadi pada kebanyakan anggota masyarakat umumnya. Hal ini terjadi, karena anggota masyarakat memiliki perbedaan kesiapan untuk menerima perubahan itu, sebagai akibat dari adanya variasi pengetahuan, cara berpikir, sikap, variasi personalitas, pengalaman, selain kesesuaiannya antara nilai yang ia miliki dengan nilai baru yang ditawarkan. Selain karakteristik yang dimiliki oleh seseorang atau suatu masyarakat, faktor referensi atau panutan juga berperanan penting dalam adopsi perubahan itu. Meskipun kekayaan sumber daya alam bukan faktor penentu terhadap kemajuan suatu masyarakat dibandingkan dengan kekayaan sumber daya manusia tetapi semakin berkurangnya daya dukung potensi sumber daya alam dibanding dengan tuntutan kebutuhan manusia yang jumlahnya semakin besar tetap akan berdampak terhadap terjadinya perubahan pola hidup manusia. Apabila produk dan jasa yang menjadi ukuran kekuatan suatu masyarakat potensial bagi masyarakat tertentu,maka mereka itu yang akan mampu menguasai pasar, yang akhirnya merekalah yang akan mampu mempertahankan eksistensi hidup mereka. Akhirnya penguasaan teknologi yang akan menghasilkan unggulan suatu bangsa. Berdasarkan tinjauan di atas, bahwa untuk mempertahankan eksistensi hidup masyarakat tidak dapat terhindar dari penguasaan teknologi, maka unsur kreativitas, unsur kemandirian dalam kebersamaan, unsur produktivitas, menjadi faktor yang sangat penting untuk menaggapi budaya hidup teknologis itu. Berarti pendidikan yang menghasilkan manusia-manusia kreatif menjadi tuntutan dalam pola pendidikan umum saat ini banyaknya media yang dapat berperan sebagai sumber informasi pendidikan bagi generasi bangsa saat ini, maka konsep pendidikan perlu mengalami pergeseran, pendidikan bukan lagi sebagai usaha yang disengaja lagi akan tetapi menjadi kondisi apapun yang dampaknya dapat menyebabkan terjadinya perubahan nilai-nilai manusia. Kondisi dalam kehidupan keluarga, kondisi yang terjadi dalam masyarakat luas sebagai panggung pentas budaya bangsa kondisi yang ditampilkan oleh berbagai media baik cetak maupun elektronika, kondisi yang terjadi di sekolah kesemuanya secara bersama-sama mewujudkan terjadinya proses pendidikan bagi generasi bangsa kita. Baik dipandang dari dimensi tuntutan kualitas manusia masa kini dan masa datang maupun dari kondisi pendidikan yang semakin kompleks dan multi dimensional itu, maka pendidikan kita telah saatnya lebih banyak memberi kesempatan anak-anak kita mengaktualisasikan diri dalam kondisi yang terkontrol baik dirumah maupun di sekolah untuk mengimbangi kondisi yang tidak terkontrol dalam kehidupan di masyarakat luas yang justru tarik menarik pengaruhnya terhadap proses pendidikan formal semakin besar. Peran pendidikan orang tua dan pendidikan

Kesimpulan
Pendidikan berbasis mayarakat adalah bahwa masyarakat yang menentukan kebijakan serta ikut berpartisipasi didalam mananggung beban pendidikan, bersam seluruh masyarakat setempat, tenteng pendidikan yang bernmiutu bagi anak-anak mereka.dalam pengertian ini masyarakat tidak semestinya menyerahkan seliruh pendidikan anak-anak mereka kepada sekolah semata-mata, tetapi ikut memikirkan serta bertanggung jawab bersama kalangan pendidikan akan berhasilnya pendidikan anak-anak mereka. Dengan demikian diharapkan agar terciptanya huibungnan yang harmonis pendidikan dirumah dan disekolah serta pendidikan diluar sekolah. Ditekankann dalm amanat bahwa segenap lapisan masyarakat, bangsa dan Negara Indonesia memiliki kewajiban untuk berpartisipasi dalam semua aspek pengelolaaan pendidikan disemua jenis dan jenjang karena pendidikan adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah, keluarga dan masyarakat. Sekolah dapat merekonstruksiatau mengubah dan membentuk kembali masyarakat baru. Pihak yang berkuasa di suatu negara pada umumnya menggunakan sekolah untuk mempertahankan dasar-dasar masyarakat yang ada. Perubahan yang asasi tak akan terjadi tanpa persetujuan pihak yang berkuasa dan masyarakat. Sekolah tak dapat melepaskan diri dari masyarakat tempat ia berada dan dari kontrol pihak yang berkuasa
DAFTAR PUSTAKA
Ahmadi, Abu, Psikologi Umum, ( Jakarta: PT. Rineka Cipta, 2003 )
Arcaro,Jerome S, pendidikan berbasis mutu, (yokyakarta : Pustaka Pelajar, 2007 )
Douglas. Teori Sosiologi Modern. ( Jakarta: Kencana, 2008 )
Heri, Agus Brutosusilo. Masyarakat  dan Kebebasan. ( Jakarta : Rajawali. 1986 )
Nehnevajsa, Jiri. Sosiologi Modernisasi. ( Yogyakarta: Tiara Wacana, 1993 )
Shadily, Hassan, Sosiologi untuk Masyarakat Indonesia, ( Jakarta: PT Bina Aksara, 1984 )
Slameto, Belajar dan factor-faktor yang mempenagruhinya, ( Jakarta : Rineka cipta 2003 )
Soekanto, Soerjono, Sosiologi Suatu pengantar, ( Jakarta: PT Raja   Grafindo Persada, 2000 )
Subaidin, Pendidikan Berbasis Masyarakat,( Yogyakarya : pustaka pelajar, 2007 )
Sunarto, Kamanto. Pengantar Sosiologi. ( Jakarta: Fakultas Ekonomi Universitas   Indonesia, 1993 )
Syah, Muhibbin. Psikologi Pendidikan Dengan Pendekatan baru. Bandung : Remaja Rosdakarya, 2004
Vysen. A. Individu dan Masyarakat. ( Bandung: Sumur Bandung. 1967 )
Wahyu, Ramdani, Ilmu Sosial Dasar, ( Bandung: CV Pustaka Setia, 2007 )
Widagdho, Djoko, Ilmu Budaya Dasar, ( Jakarta: PT Bumi Aksara, 2001 )
Winarno dan Herimanto ,Ilmu Sosial dan Budaya Dasar, ( Jakarta: Bumi Aksara,   2010 )
Yusuf, Syamsu, Psikologi perkembangan Anak dan Remaja, ( Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2005 )


           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara Hari Kamis besok tepat tanggal 8 Syawwal 1442 H. Dalam tradisi masyarakat muslim...