Jumat, 06 Oktober 2017

KADERISASI DALAM ORGANISASI Oleh : Rudi Hartono, M. Pd. I.


KADERISASI DALAM ORGANISASI
Oleh : Rudi Hartono, M. Pd. I.
Guru SD Islam Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat

Pengertian Kaderisasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kaderisasi adalah pengaderan, dan arti dari kader adalah “orang yang diharapkan memegang peran dan pekerjaan penting di pemerintahan, partai, dsb [1]. Sementara Pengaderan adalah proses, cara, perbuatan mendidik atau membentuk seseorang menjadi kader[2]. Pengertian ini menurut saya terlalu konvensional dan kaku, karena bila pengertian kaderisasi seperti yang diungkapkan di atas, maka seolah-olah kaderisasi itu adalah sesuatu hal yang eksklusif, karena tak semua orang tentunya dapat memegang suatu peranan penting dalam suatu perkumpulan/organisasi.

Adapun kaderisasi berarti Pemberian kesempatan kepada orang-orang yang dipimpin, kesempatan yang diberikan tersebut merupakan kegiatan yang berisikan upaya-upaya yang mendukung bagi terbentuknya integritas keperibadian dan kemampuan mengerakan orang lain secara terus menerus sehingga dapat mempersiapkanya menjadi pemimpin[3]



Kaderisasi kepemimpinan
Kepemimpinan mengacu pada sebuah proses untuk menggerakan sekumpulan orang menuju ke suatu tujuan yang telah ditetapkan dengan mendorong mereka bertindak tampa memaksa. Kepemimpinan juga bukan sekedar penurunan sifat/bakat dari orang tua kepada anaknya, tetapi ditentukan oleh semua aspek keperibadian, sehingga dapat menjalankan kepemimpinan yang efektif yaitu:

  1. Intelegensi yang cukup tinggi
  2. Kemampuan melakukan analisis situasi dalam mengambilan keputusan.
  3. Kemampuan mengaplikasikan hubungan manusiawi yang efektif agar keputusan dapat dikomunikasikan.


Kaderisasi kepemimpinan adalah proses mempersiapkan seseorang menjadi pemimpin penganti di masa depan yang akan memikul tanggung jawab penting dan besar dalam lingkungan suatu organisasi. Mengapa kaderisasi diperlukan? Karena semua manusia termasuk yang sekarang menjadi pemimpin, suatu saat pasti akan mengakhiri kepemimpinanya, baik dikehendaki maupun tidak. Proses tersebut dapat terjadi karena:
  1. Adanya ketentuan periodeisasi kepemimpinan
  2. Adanya penolakan dari anggota kelompok yang menghendaki pergantian kepemimpinan baik wajar maupun tidak.
  3. Proses alamiah, menjadi tua dan kehilangan kemampuan memimpin
  4. Kematian
  5. Agar tersedia jumlah pemimpin yang berkualitas.
Dalam pelaksanaanya proses kaderisasi terdiri dari dua macam proses yaitu

Kaderisasi Informal
Untuk melahirkan seseorang pemimpin yang berkualitas dip[erlukan proses jangka waktu yang cukup lama, seluruh kehidupan seseorang sejak masa kanak-kanak dan remaja merupakan masa kaderisasi untuk menjadi pemimpin dalam upaya membentuk pribadi, agar memiliki keungulan dalam aspek-aspek yang dibutuhkan untukl mampu bersaing. Kaderisasi disebut juga sebagai proses pendidikan termasuk proses belajar dilingkungan sekolah, pendidikan keluarga, peluang dalam kurikulum dalam program ekstrakurikuler serta lingkungan.[4]
Faktor yang mempengaruhi kegagalan seseorang pemimpin, pertama berada diluar diri yang bersangkutan, yaitu peluang menjadi pemimpin. Kedua factor dari dalam diri sendiri yaitu keberanian dan kemampuan menciptakan dan merebut kesempatan menjadi pemimpin.oleh sebab itu pemimpin terdahulu perlu membangun komunikasi dengan generasi muda, member contoh dan keteladanan, bimbingan dan arahan yang baik agar dapat menjadi teladan oleh generasi muda dalam mempersiapkan diri menjadi pemimpin.

Kaderisasi formal
Kaderisasi formal adalah usaha mempersiapkan calon-calon pemimpin untuk masa depan secara terencana, teratur, dan sistematis dan terarah. Untuk itu proses kaderisasi mengikuti kurikulum yang telah di desain secara khusus yang harus dilaksanakan selama jangka waktu tertentu dan berisi bahan-bahan teoritis dan praktik tentang kepemimpinan dan bahan-bahan lain sebagai mendukung.

Usaha kaderisasi internal yang bersifat formal dapat ditempuh dengan beberapa cara sebagai berikut:
  1. Memberikan kesempatan menduduki jabatan sebagai pemimpin yaitu, kaderisasi ini dilakukan dengan cara mengankat dan memberikan kesempatan secara formal kepada seseorang  calon pemimpin usia muda untuk memangku jabatan pemimpin.
  2. Latihan kepemimpinan di dalam dan di luar organisasi yaitu memberikan kesempatan kepada anggota organisasi untuk mengikuti program mempersiapkan calon pemimpin yang dilaksanakan dalam jangka waktu tertentu. Misalnya magang, pelatihan.[5]
  3. Memberikan tugas belajar
  4. Untuk mempersiapkan calon pemimpin yang berkualitas perlu memberikan tugas belajar pada kader, untuk meningkatkan wawasan, pengetahuan dan keterampilan dalam memimpin sehingga suatu saat siap mendudukui suatu jabatan pada jenjang masing-masing

Kaderisasi kepemimpinan secara formal bersifat eksternal dapat dilakukan sebagai berikut:
  1. Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan  lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, untuk diangkat menjadi pemimpin suatu unit yang sesuai, atau ditugaskan magang sebelum memimpin unit tersebut.
  2. Menyeleksi sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan jenis dan jenjang tertentu, kemudian ditugaskan melanjutkan kejenjang pendidikan yang lebih tinggi di dalam dan luar negeri.
  3. Memesan sejumlah generasi muda lulusan lembaga pendidikan formal dengan frogram khusus atau spesialisasi, sesuai bidang yang dikelola organisasi pemesan Menerima sejumlah generasi muda dari suatu lembaga pendidikan untuk melakukan kerja praktik dilingkungan organisasi.[6]
Urgensi  Kaderisasi
Bung Hatta pernah bertutur mengenai kaderisasi, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”
Dalam proses kaderisasi ada dua ikon penting, yaitu:
Pelaku Kaderisasi (subjek)
Sasaran Kaderisasi (objek)
Pelaku kaderisasi merupakan individu-individu yang telah memiliki kapasitas yang mantap untuk mengkader para anggotanya dan memahami alur kaderisasi dalam organisasi tersebut.  Sementara sasaran kaderisasi merupakan individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk menjadi penerus visi dan misi organisasi.

Jadi, sudah jelas terlihat urgensi dari kaderisasi dalam sebuah organisasi. Kaderisasi merupakan suatu kebutuhan internal yang harus dilakukan demi kelangsungan organisasi. Seperti hukum alam akan adanya suatu siklus, dimana semua proses pasti akan terus berulang dan terus berganti. Namun satu yang perlu kita pikirkan, yaitu format dan mekanisme yang komprehensif dan mapan, guna memunculkan kader-kader yang tidak hanya mempunyai kemampuan di bidang manajemen organisasi, tapi yang lebih penting adalah tetap berpegang pada komitmen sosial dengan segala dimensinya. Sukses atau tidaknya sebuah institusi organisasi dapat diukur dari kesuksesannya dalam proses kaderisasi internal yang di kembangkannya. Karena, wujud dari keberlanjutan organisasi adalah munculnya kader-kader yang memiliki kapabilitas dan komitmen terhadap dinamika organisasi untuk masa depan. 

Filosofi Kaderisasi
Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga ia memiliki kemampuan yang diatas rata-rata orang umum. Oleh karena itu jika mentoring dan training keislaman , atau training-training lainnya yang dilakukan oleh organisasi Islam, sementara para aktivisnya tak menunjukkkan kelebihan-kelebihan yang signifikan dIbandingkan dengan orang-orang umum, maka sesungguhnya pengkaderan yang dilakukan dapat dikataklan tak berhasil. Atau sederhananya, pengkaderan tersebut menyalahi filosofi pengkaderan. Yakni munculnya kader yang memiliki kemampuan di atas rata-rata. Bukan sebaliknya, munculnya kader yang sama dengan manusia rata-rata.[8]

Kalau kita kaitkan dengan statement Al-Qur'an, maka akan kita dapatkan isyarat keunggulan kader Islam. Yakni misalnya saat Allah SWT menyebut bahwa kekuatan tentara Islam (para sahabat Rasul SAW ) di medan jihad dibandingkan dengan kekuatan kafir, adalah minimal 1:2 , maksimal 1:10 (Al Anfal:65-66). Prasyarat mendasar dalam keunggulan tersebut adalah terkait langsung dengan kekuatan iman mereka. Jika iman tinggi maka dapat mencapai perbandingan 1:10; namun jika iman rendah tetap dapat mengungguli dengan perbandingan 1:2.
Sampai di sini kita dapat menangkap isyarat keniscayaan iman dalam kaderisasi Islam. Penanaman fondasi iman harus menjadi prioritas utama dan pertama. Walaupun juga penting dicatat bahwa ia bukanlah satu-satunya faktor, yang menafikkan dimensi kaderisasi lainnya secara utuh. Faktor lain yang patut kita pertimbangkan dalam hal kaderisasi adalah potensi dasar/bawaan sang kader. Potesni dasar/bawaan tersebut sesungguhnya telah dapat kita baca, melalui perjalanan hidupnya, terlepas saat itu ia telah mengalami kaderisasi penanaman keimanan atau belum.

Contoh yang paling monumental untuk hal di atas adalah, bagaimana dahulu Rasulullah SAW berdoa agar Allah SWT membukakan hidayah Islam kepada salah satu dari dua Umar , yakni Umar bin Khottob atau Umar bin Hisyam (Abu Jahal). Rasulullah sangat berharap keislaman mereka , karena mereka dikenal sebagai orang yang keras pendirian dan sangat berani. Dengan masuknya salah seorang mereka maka Islam insya Allah SWT akan lebih kuat.

Peristiwa di atas menunjukkan bahwa visi integral dari kaderisasi , selain mengedepankan urgensi keimanan seseorang, tapi juga tak boleh juga melupakan bakat/potensi dasar yang dimiliki oleh sang calon kader tersebut juga harus dipertimbangkan. Sehingga tak terjadi nanti setelah banyak kader yang matang dalam hal keimanan dan semangat pengorbanan untuk Islam , lalu organisaisi/gerakan Islam di hadapkan pada persoalan lain. Yakni kader-kader tersebut memiliki kelemahan di berbagai bidang strategis, misalnya kualitas kepemimipinan, managerial, pemikiran/perencanaan strategis; keilmuan/saintek , kepiawaian diplomasi; kepribadian yang dapat memikat massa/orang banyak; kreativitas dan kejelian; dan lain-lain.

Kalau hal di atas yang terjadi, maka akan dapat diduga sulit bagi gerakan/organsisasi Islam tersebut untuk muncul memikat dan menguasai di pentas percaturan elite nasional/internasional (baik percaturan elite politik, ekonomi, ilmuan , teknokrat, saintek, militer, media massa, pendidikan, sosial budaya, dan lain-lain).[9]

Jadi ada filosofi kaderisasi yang harus diperhatikan benar oleh setiap organisasi/pergerakan Islam. Yakni:
Mereka harus mencari bibit-bibit unggul dalam kaderisasi (dengan tanpa meninggalkan kader-kader umum yang siap berkhidmat untuk kepentingan Islam ) , bukan malah meninggalkannya, karena para bibit unggul tersbut dianggap "sulit/alot" untuk dikader, bahwa mereka harus mampu menawarkan visi- missi ke depan yang jelas dan memikat ; serta menawarkan romantika Islamisasi yang menantang bagi para Muslim-Muslimah yang potensial; sehingga mereka dengan senang hati akan terlibat mencurahkan segenap potensinya di jalan Islam.

Untuk dapat menjalankan peran no.2 diatas , maka organisasi/gerakan Islam harus terlebih dahulu mematangkan visi-missi mereka; dan termasuk sikap mereka terhadap persoalan mendesak dan aktual kemasyarakatan; serta pada saat yang sama tersedianya para pengkader yang handal, untuk menggarap bibit-bibit potensil tadi.

Adalah ciri kader-kader potensial , setelah mereka memahami dan meyakini fikroh dan manhaj yang telah diinternalisasikan kepadanya, maka jiwanya akan terpacu untuk berkerja, berkarya dan berkreasi seoptimal mungkin. Maka di sini organisasi/pergerakan dituntut untuk dapat mengantisipasi dan menyalurkannya secara positif. Dan memang sepatutnya organisasi/pergerakan mampu melakukannya, karena bukankah yang namanya organsiasi/pergerakan berarti terobesesi progresif bergerak maju dengan satu organisasi yang efisien dan efektif , bukan sebaliknya.

Jika ternyata karena satu dan lain hal kader-kader tersebut tak dapat direkrut masuk ke dalam, maka organisasi/pergerakan Islam harus mencari mekanisme lain untuk tetap dapat berkerjasama dengan mereka dalam berbagai kemaslahatan sejauh yang dimungkinkan. Karena efektivitas dan efesiensi proses Islamisasi pada hakikatnya terkait langsung dengan kemampuan mensinergiskan seluruh potensi, bukan malah memecah belahnya.

Akhirnya kembali perlu ditegaskan bahwa hal yang tak boleh terjadi dalam kaderisasi, yakni suatu proses pengkaderan yang tak terobesesi / mengambil peduli untuk merekrut kader-kader yang potensil . Jika hal ini terjadi, maka sesungguhnya pengkaderan tersebut telah menyalahi filosofi kaderisasi. Itu mungkin terjadi manakala para pengkader kehilangan visi dan missi besar yang harus dimainkan oleh organisasi/gerakan Islam. Semoga kita bisa menghindarkan hal ini, suatu gejala yang lebih tepat disebut kederisasi  ketimbang kaderisasi.

Peran kaderisasi
  1. Pewarisan nilai- nilai organisasi yang baik. Proses transfer nilai adalah suatu proses untuk memindahkan sesuatu (nilai) dari satu orang ke orang lain (definisi Kamus Besar Bahasa Indonesia). Nilai-nilai ini bisa berupa hal-hal yang tertulis atau yang sudah tercantum dalam aturan-aturan organisasi (seperti Konsepsi, AD ART, dan aturan-aturan lainnya) maupun nilai yang tidak tertulis atau budaya-budaya baik yang terdapat dalam organisasi (misalnya budaya diskusi) maupun kondisi-kondisi terbaru yang menjadi kebutuhan dan keharusan untuk ditransfer.[10]
  2. Penjamin Keberlangsungan Organisasi
  3. Organisasi yang baik adalah organisasi yang mengalir, yang berarti dalam setiap keberjalanan waktu ada generasi yang pergi dan ada generasi yang datang (ga itu-itu aja, ga ngandelin figuritas). Nah, keberlangsungan organisasi dapat dijamin dengan adanya sumber daya manusia yang menggerakan, jika sumber daya manusia tersebut hilang maka dapat dipastikan bahwa organisasinya pun akan mati.
  4. Sarana belajar bagi anggota
  5. Tempat di mana anggota mendapat pendidikan yang tidak didapat di bangku pendidikan formal.Pendidikan itu sendiri berarti proses pengubahan sikap dan tata laku seseorang atau sekelompok orang dalam proses mendewasakan manusia melalui proses pengajaran dan pelatihan
Pendidikan di sini mencakup dua hal yaitu pembentukan dan pengembangan. Pembentukan karena dalam kaderisasi terdapat output-output yang ingin dicapai, sehingga setiap individu yang terlibat di dalam dibentuk karakternya sesuai dengan output. Pengembangan karena setiap individu yang terlibat di dalam tidak berangkat dari nol tetapi sudah memiliki karakter dan skill sendiri-sendiri yang terbentuk sejak kecil, kaderisasi memfasilitasi adanya proses pengembangan itu. Pendidikan yang dimaksudkan di sini terbagi dua yaitu dengan pengajaran (yang dalam lingkup kaderisasi lebih mengacu pada karakter). Dengan menggunakan kata pendidikan, kaderisasi mengandung konsekuensi adanya pengubahan sikap dan tata laku serta proses mendewasakan. Hal ini sangat terkait erat dengan proses yang akan dijalankan di tataran lapangan, bagaimana menciptakan kaderisasi yang intelek untuk mendekati kesempurnaan pengubahan sikap dan tata laku serta pendewasaan. 

Fungsi Kaderesasi
  1. Melakukan rekrutmen anggota baru
  2. Penanaman awal nilai organisasi agar anggota baru bisa paham dan bergerak menuju tujuan organisasi.
  3. Menjalankan proses pembiaan, penjagaan dan pengembangan anggota
  4. Membina anggota dalam setiap pergerakkannya. Menjaga anggota dalam nilai-nilai organisasi dan memastikan anggota tersebut masih sepaham dan setujuan. Mengembangkan skill dan knowledge anggota agar semakin kontributif.[11]
  5. Menyediakan sarana untuk pemberdayaan potensi anggota
  6. Kaderisasi akan gagal ketika potensi anggota mati dan anggota tidak terberdayakan.
  7. Mengevaluasi dan melakukan mekanismekontrol organisasi
  8. Kaderisasi bisa menjadi evaluator organisasi terhadap anggota. Sejauh mana nilai-nilai itu terterima anggota, bagaimana dampaknya, dan sebagainya.(untuk itu semua, diperlukan perencanaan sumber daya anggota sebelumnya) 
Aspek kaderisasi
Kaderisasi haruslah holistik. Banyak aspek yang harus tersentuh oleh kaderisasi untuk menghasilkan kader yang ideal. Aspektersebut adalah:
  1. Fisikal (kesehatan)
  2. Spiritual (keyakinan, agama, nilai)
  3. Mental (moral dan etika, softskill, kepedulian)
  4. Intelektual (wawasan, keilmuan, keprofesian)
  5. Manajerial (keorganisasian, kepemimpinan)
Dari setiap aspek, harus ada sinergi dan keseimbangan agar tiap aspek bisa menunjang aspek yang lainnya sehingga potensi si kader teroptimalisasi.

Bentuk kaderisasi 
Kaderisasi pasif
Kaderisasi pasif dilakukan secara insidental dan merupakan masa untuk kenaikan jenjang anggota. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan ‘learning to know’ dan sedikit ‘learning to be’. Pembinaan pasif sangat penting dan efektif dalam pembinaan dan penjagaan.

Kaderisasi aktif
Yaitu kaderisasi yang bersifat rutin dan sedikit abstrak, karena pada kaderisasi ini, anggotalah yang mencari sendiri ‘materi’-nya. Pada momen ini, anggota mendapatkan pembinaan ‘learning to know’, ‘learning to do’, dan ‘learning to be’ sekaligus. Maka dalam hal ini sangat penting untuk dipahami, bahwa setiap rutinitas kegiatan, haruslah memberdayakan potensi anggota sekaligus menjadi bentuk pembinaan dan pengembangan aktif bagi anggota. Kaderisasi ini sangat baik dalam proses pembinaan, penjagaan, dan pengembangan secara sistematis.

Analisis Sederhana Kaderisasi dalam Organisasi
Menurut Hemat pemakalah kaderisasi merupakan hal penting bagi sebuah organisasi, karena merupakan inti dari kelanjutan perjuangan organisasi ke depan. Tanpa kaderisasi, rasanya sangat sulit dibayangkan sebuah organisasi dapat bergerak dan melakukan tugas-tugas keorganisasiannya dengan baik dan dinamis. Kaderisasi adalah sebuah keniscayaan mutlak membangun struktur kerja yang mandiri dan berkelanjutan.
         
Fungsi dari kaderisasi adalah mempersiapkan calon-calon (embrio) yang siap melanjutkan tongkat estafet perjuangan sebuah organisasi. Kader suatu organisasi adalah orang yang telah dilatih dan dipersiapkan dengan berbagai keterampilan dan disiplin ilmu, sehingga dia memiliki kemampuan yang di atas rata-rata orang umum. Bung Hatta pernah menyatakan kaderisasi dalam kerangka kebangsaan, “Bahwa kaderisasi sama artinya dengan menanam bibit. Untuk menghasilkan pemimpin bangsa di masa depan, pemimpin pada masanya harus menanam.”

Dari sini, pandangan umum mengenai kaderisasi suatu organisasi dapat dipetakan menjadi dua ikon secara umum. Pertama, pelaku kaderisasi (subyek). Dan kedua, sasaran kaderisasi (obyek). Untuk yang pertama, subyek atau pelaku kaderisasi sebuah organisasi adalah individu atau sekelompok orang yang dipersonifikasikan dalam sebuah organisasi dan kebijakan-kebijakannya yang melakukan fungsi regenerasi dan kesinambungan tugas-tugas organisasi.

Sedangkan yang kedua adalah obyek dari kaderisasi, dengan pengertian lain adalah individu-individu yang dipersiapkan dan dilatih untuk meneruskan visi dan misi organisasi. Sifat sebagai subyek dan obyek dari proses kaderisasi ini sejatinya harus memenuhi beberapa fondasi dasar dalam pembentukan dan pembinaan kader-kader organisasi yang handal, cerdas, pintar dan matang secara intelektual, profesional dan psikologis.

Sebagai subyek atau pelaku, dalam pengertian yang lebih jelas adalah seorang pemimpin. Bagi Bung Hatta, kaderisasi sama artinya dengan edukasi, pendidikan. Pendidikan tidak harus selalu diartikan pendidikan formal, atau dalam istilah Hatta “sekolah-sekolahan”, melainkan dalam pengertian luas. Tugas pertama-tama seorang pemimpin adalah mendidik. Jadi, seorang pemimpin hendaklah seorang yang memiliki jiwa dan etos seorang pendidik.

Membangun organisasi bukanlah sekedar mengikuti alur dan peranan Tuhan yang disebut takdir. Setiap orang tahu itu. Tapi tidak semua menjalankannya dengan sadar. Membangun organisasi layaknya merawat sebuah pohon, di mana ada tujuan akhir yang menjadi alasan organisasi ini masih berdiri, tujuan besar ini kemudian diejawantahkan dalam rencana-rencana jangka panjang, menengah dan pendek. Ada pelaku/subjek organisasi, lalu ada struktur yang jelas, metode kerja yang sesuai dengan organisasinya. Tentunya banyak sekali untuk menjelaskan filosofi organisasi, tapi yang ingin saya tuju adalah bahwa kesadaran akan visi dan misi organisasi inilah yang penting untuk membangun kapasitas organisasi yang lebih baik, dan tentunya berimbas pada kaderisasi setelah itu.
 

Visi dan misi sebuah organisasi yang jelas, akan berimbas pada pelaku (atau biasa disebut pengurus)-nya. Imbas inilah yang dicari, didambakan, diharapkan setiap pelaku organisasi. Misalnya ketika visi saya adalah membangun sebuah rumah, jelas orang yang membantu membangun rumah saya akan merasakan rumah yang megah nantinya


                [1] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, ( Jakarta: Balai Pustaka, 1989 ), hal. 375
                [2] Departemen Pendidikan Dan Kebudayaan, Kamus Besar Bahasa Indonesia, hal. 375
                [3] Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi.  ( Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada, 2011
                [4] Fakhir Muhammad Mumtaz, Artikel Lepas Kaderisasi dalam Organisasi , diakses dari www.alazhar Kembangan.com pada tanggal 21 Desember 2012
                [5] Mengapa Harus Ada Kaderisasi Kepemimpinan, www.Dakwatuna.com, diakses dari www.alazhar kembangan.com pada 21 Desember 2012
                [6] Veithzal Rivai, Kepemimpinan Dan Perilaku Organisasi. Jakarta: PT. Rajagrafindo Persada, (2011).
                [7] Di akses dari http://www.dakwatuna.com/2012/07/21460/mengapa-harus-ada-kaderisasi-dalam-organisasi/#ixzz2A1EJeT00 Pada hari selasa 12 Desember, 2012
                [8] Almuzzammil Yusuf, Filosofi Kaderisasi, diakses dari www.alazhar kembangan pada tanggal 23 Desember 2012
                [9] Almuzzammil Yusuf, Filosofi Kaderisasi
                [10] Ayman Sawaf, Kecerdasan Emosional dalam Kepemimpinan dan Organisasi, ( Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama, 1998), 133
                [11] Syaiful Arifin (Presma BEM STKIP PGRI Tulungagung 2006-2007), Fungsi Kaderisasi Organisasi , Diakses dari www.alazhar Kembangan pada tanggal 24 Desember 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara Hari Kamis besok tepat tanggal 8 Syawwal 1442 H. Dalam tradisi masyarakat muslim...