Etos Kerja Perspektif Islam dan Pendidikan
Oleh : Rudi Hartono, M. Pd. I. Guru SD Islam Al Azhar 8 Kembangan
Dalam artikel ini akan dibahas mengenai pengertian etos kerja, fungsi dan tujuan etos
kerja, etos kerja dalam perspektif Islam, dan unsur-unsur etos kerja
- Pengertian Etos Kerja
Dil Dalam kamus besar Bahasa Indonesia, kata “etos” berasal dari
bahasa Yunani (ethos) yang bermakna watak atau
karakter. Maka secara lengkapnya “etos” ialah : “Karakteristik dan sikap,
kepercayaan serta kebiasaan, yang bersifat khusus tentang seorang individu atau
sekelompok manusia”[1].
Dari perkataan etos terambil pula perkataan “etika” dan “etis” yang
merujuk kepada makna akhlak atau bersifat akhlaqi, yaitu kualitas dasar
seseorang atau suatu kelompok, termasuk juga suatu bangsa (Webster’s New World
Dictionary). Jadi, etos berarti : “Jiwa khas suatu kelompok manusia, yang pada
gilirannya membentuk pandangan dasar bangsa tersebut tentang sesuatu yang baik
dan yang buruk, yang akhirnya melahirkan etika dalam kehidupan kesehariannya”.
Adapun kerja adalah sesuatu yang setidaknya mencakup tiga hal yaitu:
1.
Dilakukan
atas dorongan tanggung jawab
2.
Dilakukan
karena kesengajaan dan perencanaan dan
3.
Memiliki
arah dan tujuan yang memberikan makna bagi pelakunya.
Berdasarkan definisi tersebut, etos kerja setidaknya mencakupi
beberapa unsur penting :
1. Etos
kerja itu bersumber dan berkaitan langsung dengan nilai-nilai yang tertanam
dalam jiwa seseorang. Itulah sebabnya menjadi sangat penting untuk menyeleksi
setiap nilai yang akan kita tanamkan dalam jiwa kita.
2. Etos
kerja adalah bukti nyata yang menunjukkan pandangan hidup seseorang yang telah
mendarah daging. Pandangan hidup yang benar tentu saja akan melahirkan etos
kerja yang lurus. Begitu pula sebaliknya.
3. Etos
kerja menunjukkan pula motivasi dan dorongan yang melandasi seseorang melakukan
kerja dan amalnya. Semakin kuat dan kokoh etos kerja itu dalam diri seseorang,
maka semakin kuat pula motivasinya untuk bekerja dan beramal.
4. Etos
kerja yang kuat akan mendorong pemiliknya untuk menyiapkan rencana yang
dipandangnya dapat menyukseskan kerja atau amalnya.
5. Etos
kerja sesungguhnya lahir dari tujuan, harapan dan cita-cita pemiliknya. Harapan
dan cita-cita yang kuatlah yang akan meneguhkan etos kerjanya. Cita-cita yang
lemah hanya akan melahirkan etos kerja yang lemah pula.
Etos menurut Geert sebagaimana dikutip oleh Taufik
Abdullah dalam bukunya, Etos Kerja dan Pembangunan Ekonomi, etos diartikan sebagai sikap yang mendasar terhadap diri dan dunia
yang dipancarkan hidup. Sedangkan
kerja, menurut Taufik Abdullah, secara lebih
khusus dapat diartikan sebagai usaha komersial yang menjadi suatu keharusan demi hidup, atau sesuatu yang imperatif dari diri,
maupun sesuatu yang terkait pada
identitas diri yang telak bersifat sakral. Identitas
diri yang terkandung di dalam hal ini, adalah sesuatu yang telah diberikan oleh tuntutan religius
(agama)[2]
Bertitik tolak dari uraian itu, maka suatu individu atau kelompok
masyarakat dapat dikatakan memiliki etos kerja yang tinggi, apabila menunjukkan
tanda-tanda sebagai berikut :
1. Mempunyai
penilaian yang sangat positif terhadap hasil kerja manusia.
2. Menempatkan
pandangan tentang kerja, sebagai suatu hal yang amat luhur bagi eksistensi
manusia.
3. Kerja
yang dirasakan sebagai aktivitas yang bermakna bagi kehidupan manusia.
4. Kerja
dihayati sebagai suatu proses yang membutuhkan ketekunan dan sekaligus sarana
yang penting dalam mewujudkan cita-cita.
5. Kerja
dilakukan sebagai bentuk ibadah.
Sedangkan bagi individu atau kelompok masyarakat, yang dimiliki
etos kerja yang rendah, maka akan menunjukkan ciri-ciri yang sebaliknya, yaitu:
1.
Kerja
dirasakan sebagai suatu hal yang membebani diri
2.
Kurang
dan bahkan tidak menghargai hasil kerja manusia,
3.
Kerja
dipandang sebagai suatu penghambat dalam memperoleh kesenangan
4.
Kerja
dilakukan sebagai bentuk keterpaksaan
5.
Kerja
dihayati hanya sebagai bentuk rutinitas hidup.
Etos kerja yang dimiliki oleh seseorang atau kelompok masyarakat,
akan menjadi sumber motivasi bagi perbuatannya. Apabila dikaitkan dengan
situasi kehidupan manusia yang sedang “membangun”, maka etos kerja yang tinggi
akan dijadikan sebagai prasyarat yang mutlak, yang harus ditumbuhkan dalam
kehidupan itu. Karena hal itu akan membuka pandangan dan sikap kepada
manusianya untuk menilai tinggi terhadap kerja keras dan sungguh-sungguh,
sehingga dapat mengikis sikap kerja yang asal- asalan, tidak berorientasi terhadap
mutu atau kualitas yang semestinya.
Nitisemito mengatakan bahwa indikasi turun/ rendahnya semangat dan
kegairahan kerja antara lain :
1.
Turun/
rendahnya produktivitas
2.
Tingkat
absensi yang naik/ rendah
3.
Labour
turnover (tingkat perputaran buruh) yang tinggi
4.
Tingkat
kerusuhan yang naik
5.
Kegelisahan
dimana-mana
6.
Tuntutan
yang sering terjadi
7.
Pemogokan[3]
Berdasarkan beberapa pengertian di atas, maka dapat
disimpulkan etos kerja adalah sikap yang mendasar baik yang sebelum, proses dan
hasil yang bisa mewarnai manfaat suatu pekerjaan.- Fungsi dan Tujuan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap
perbuatan dan kegiatan individu. Menurut A. Tabrani Rusyan, fungsi etos kerja
adalah:
1.
Pendorong
timbulnya perbuatan.
2.
Penggairah
dalam aktivitas.
3. Penggerak,
seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan menentukan cepat
lambatnya suatu perbuatan[1]
Kerja merupakan perbuatan melakukan pekerjaan, kerja berarti
melakukan sesuatu, sesuatu yang dilakukan. Kerja memiliki arti luas dan sempit
dalam arti luas kerja mencakup semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik
dalam hal materi maupun non materi baik bersifat intelektual maupun fisik,
mengenai keduniaan maupun akhirat. Sedangkan dalam arti sempit, kerja
berkonotasi ekonomi yang persetujuan mendapatkan materi. Jadi pengertian etos
adalah karakter seseorang atau kelompok manusia yang berupa kehendak atau
kemauan dalam bekerja yang disertai semangat yang tinggi untuk mewujudkan
cita-cita.
C.
Cara
Menumbuhkan Etos Kerja
Secara umum, etos kerja berfungsi
sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu sebagai seorang
pengusaha atau manajer. Adapun cara untuk menumbuhkan etos kerja
sebagaimana pemakalah kutip dari www. google. com adalah sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan
sikap optimis :
a.
Mengembangkan
semangat dalam diri
b.
Peliharalah
sikap optimis yang telah dipunyai
c.
Motivasi
diri untuk bekerja lebih maju
2.
Jadilah
diri anda sendiri :
a.
Lepaskan
impian
b.
Raihlah
cita-cita yang anda harapkan
3.
Keberanian
untuk memulai :
a.
Jangan
buang waktu dengan bermimpi
b.
Jangan
takut untuk gagal
c.
Merubah
kegagalan menjadi sukses
4.
Kerja dan waktu :
a.
Menghargai
waktu (tidak akan pernah ada ulangan waktu)
b.
Jangan
cepat merasa puas
5.
Kosentrasikan
diri pada pekerjaan :
a.
Latihan
berkonsentrasi
b.
Perlunya
beristirahat[2]
Adapun aspek
kecerdasan yang perlu dibina dalam diri, untuk meningkatkan etos kerja adalah
sebagai berikut:
1.
Kesadaran
: keadaan mengerti akan pekerjaanya.
2.
Semangat
: keinginan untuk bekerja.
3.
Kemauan
: apa yang diinginkan atau keinginan, kehendak dalam bekerja.
4.
Komitmen
: perjanjian untuk melaksanakan pekerjaan (janji dalam bekerja).
5.
Inisiatif : usaha mula-mula, prakarsa dalam
bekerja.
6.
Produktif
: banyak menghasilkan sesuatu bagi perusahaan.
7.
Peningkatan
: proses, cara atau perbuatan meningkatkan usaha, kegiatan dan sebagainya dalam
bekerja.
8.
Wawasan
: konsepsi atau cara pandang tentang bekerja
D.
Etos Kerja dalam Perspektif Islam
Dalam kehidupan pada saat sekarang, setiap manusia dituntut untuk
bekerja guna memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari. Dengan bekerja seseorang
akan menghasilkan uang, dengan uang tersebut seseorang dapat membelanjakan
segala kebutuhan sehari-hari hingga akhirnya ia dapat bertahan hidup. Akan
tetapi dengan bekerja saja tidak cukup, perlu adanya peningkatan, motivasi dan
niat.
Setiap pekerja, terutama yang beragama Islam, harus dapat
menumbuhkan etos kerja secara Islami, karena pekerjaan yang ditekuni bernilai
ibadah. Hasil yang diperoleh dari pekerjaannya juga dapat digunakan untuk
kepentingan ibadah, termasuk di dalamnya menghidupi ekonomi keluarga. Oleh
karena itu seleksi memilih pekerjaan menumbuhkan etos kerja yang islami menjadi
suatu keharusan bagi semua pekerjaan. Adapun etos kerja yang islami tersebut
adalah: niat ikhlas karena Allah semata, kerja keras dan memiliki cita-cita
yang tinggi
Menurut Al-Ghazali dalam bukunya “Ihya-u “ulumuddin” yang di kutip
Ali Sumanto Al-Khindi dalam bukunya Bekerja Sebagai Ibadah, menjelaskan
pengertian etos (khuluk) adalah suatu sifat yang
tetap pada jiwa, yang dari padanya timbul perbuatan-perbuatan dengan mudah
dengan tidak membutuhkan pemikiran.
Dengan demikian etos kerja Islami adalah akhlak dalam bekerja sesuai
dengan nilai-nilai islam sehingga dalam melaksanakannya tidak perlu lagi di
pikir-pikir karena jiwanya sudah meyakini sebagai sesuatu yang baik dan benar.
Menurut Dr. Musa Asy’arie, “etos kerja islami adalah rajutan
nilai-nilai khalifah dan abd yang membentuk kepribadian
muslim dalam bekerja. Nilai-nilai khalifah adalah bermuatan kreatif, produktif,
inovatif, berdasarkan pengetahuan konseptual, sedangkan nilai-nilai ‘abd
bermatan moral, taat dan patuh pada hukum agama dan masyarakat”[3].
Toto Tasmara mengatakan bahwa “semangat kerja dalam Islam kaitannya
dengan niat semata- mata bahwa bekerja merupakan kewajiban agama dalam rangka
menggapai ridha Allah, sebab itulah dinamakan jihad fisabilillah”[4].
Ciri-ciri orang yang memiliki semangat kerja, atau etos yang
tinggi, dapat dilihat dari sikap dan tingkah lakunya, diantaranya:
1.
Orientasi
kemasa depan.
Artinya semua kegiatan harus di rencanakan dan di perhitungkan
untuk menciptakan masa depan yang maju, lebih sejahtera, dan lebih bahagia
daripada keadaan sekarang, lebih-lebih keadaan di masa lalu. Untuk itu
hendaklah manusia selalu menghitung dirinya untuk mempersiapkan hari esok[5]
2.
Kerja keras dan
teliti serta menghargai waktu.
Kerja santai, tanpa rencana, malas, pemborosan tenaga, dan waktu
adalah bertentangan dengan nilai Islam, Islam mengajarkan agar setiap detik
dari waktu harus di isi dengan 3 (tiga) hal yaitu, untuk meningkatkan keimanan,
beramal sholeh (membangun) dan membina komunikasi sosial, firman Allah:
وَالْعَصْرِ. إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ. إِلَّا الَّذِينَ ءَامَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ.
Artinya:
Demi masa. Sesungguhnya manusia itu benar-benar
berada dalam kerugian, kecuali orang-orang yang beriman dan mengerjakan amal
saleh dan nasehat menasehati supaya mentaati kebenaran dan nasehat menasehati
supaya menetapi kesabaran. (Q.S.
Al-Ashr: 1-3)
3.
Bertanggung
jawab.
Semua masalah diperbuat dan dipikirkan, harus dihadapi dengan
tanggung jawab, baik kebahagiaan maupun kegagalan, tidak berwatak mencari
perlindungan ke atas, dan melemparkan kesalahan di bawah. Allah berfirman:
إِنْ أَحْسَنْتُمْ أَحْسَنْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ وَإِنْ أَسَأْتُمْ فَلَهَا فَإِذَا جَاءَ وَعْدُ الْآخِرَةِ لِيَسُوءُوا وُجُوهَكُمْ وَلِيَدْخُلُوا الْمَسْجِدَ كَمَا دَخَلُوهُ أَوَّلَ مَرَّةٍ وَلِيُتَبِّرُوا مَا عَلَوْا تَتْبِيرًا.
Artinya:
Jika kamu berbuat baik (berarti) kamu berbuat
baik bagi dirimu sendiri dan jika kamu berbuat jahat maka kejahatan itu bagi
dirimu sendiri, dan apabila datang saat hukuman bagi (kejahatan) yang kedua,
(Kami datangkan orang-orang lain) untuk menyuramkan muk`a-muka kamu dan mereka
masuk ke dalam mesjid, sebagaimana musuh-musuhmu memasukinya pada kali pertama
dan untuk membinasakan sehabis-habisnya apa saja yang mereka kuasai.(Q.S. Al-Isra’: 7)
4.
Hemat
dan sederhana.
Seseorang yang memiliki etos kerja yang tinggi, laksana seorang
pelari marathon lintas alam yang harus berlari jauh maka akan tampak dari cara
hidupnya yang sangat efesien dalam mengelola setiap hasil yang diperolehnya.
Dia menjauhkan sikap boros, karena boros adalah sikapnya setan.
5.
Adanya iklim
kompetisi atau bersaing secara jujur dan sehat.
Setiap orang atau kelompok pasti ingin maju dan berkembang namun
kemajuan itu harus di capai secara wajar tanpa merugikan orang lain.
وَلِكُلٍّ وِجْهَةٌ هُوَ مُوَلِّيهَا فَاسْتَبِقُوا الْخَيْرَاتِ أَيْنَ مَا تَكُونُوا يَأْتِ بِكُمُ اللَّهُ جَمِيعًا إِنَّ اللَّهَ عَلَى كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ.
Artinya:
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri)
yang ia menghadap kepadanya. Maka berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat)
kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti Allah akan mengumpulkan kamu sekalian
(pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu. (Q.S. Al-Baqarah: 148)
Sebagai orang yang ingin menjadi winner dalam setiap pertandingan exercise
atau latihan untuk menjaga seluruh kondisinya, menghitung asset atau kemampuan
diri karena dia lebih baik mengetahui dan mengakui kelemahan sebagai persiapan
untuk bangkit. Dari pada ia bertarung tanpa mengetahui potensi diri. Karena hal
itu sama dengan orang yang bertindak nekat. Terukir sebuah motto dalam dirinya:
“The
best fortune that can come to a man, is that he corrects his defects and makes
up his failings” (Keberuntungan yang baik akan datang kepada
seseorang ketka dia dapat mengoreksi kekurangannya dan bangkit dari
kegagalannya.[6]
Kunci etos kerja Islam adalah memberikan kebebasan individu untuk
memilih sektor kerja menurut kemampuannya. Setiap orang bebas mempergunakan
haknya untuk memilih mana yang terbaik untuk melakukan kebajikan. Kebebasan itu
telah menjadi ‘modal awal’ setiap individu untuk memperkuat etos kerja.
Islam lebih menghargai seseorang yang melakukan usaha sendiri untuk
memenuhi kebutuhannya. Ini terekan dari kisah Adurrahman bin ‘Auf yang sangat
kukuh dengan etos kerjanya. Sahabat Nabi ini dikenal piawai dalam berdagang dan
sangat disegani karena termasuk orang kaya Makkah, tapi rela meninggalkan
seluruh kenikmatan harta dan status sosilanya, karena dengan compang-camping
ikut hijrah ke Madinah. Ketika ditawari berbagai fasilitas oleh Sa’ad bin Rabî’
(sahabat karibnya), dengan halus menolaknya sambil berkata; ‘cukuplah bagiku
engkau tunjukkan pasar”
E. Unsur- unsur
Etos Kerja
Kegiatan Unsur- unsur etos kerja, baik dalam konsep kapitalis
maupun Islam tidak mempunyai perbedaan yang esensial. Keduanya mempunyai
persamaan yang meliputi:
1.
Hemat
dalam menggunakan uang,
2. Menyerahkan
sesuatu pekerjaan pada ahlinya dengan tujuan menyerahkan keprofesionalan dalam
kerja,
3. Pembagian
waktu dan efisiensi, serta
4.
Memiliki
jiwa wiraswasta.[7]
Hanya saja dalam Islam, jika hasil kerja yang
diperoleh “memiliki kelebihan” diwajibkan untuk menyisihkan sebagian hartanya
untuk fakir-miskin, anak yatim melalui zakat. Kerja dalam Islam didasarkan pada
tiga unsur, yaitu tauhid, takwa dan ibadah. Tauhid mendorong bahwa kerja dan
hasil kerja adalah sarana untuk mentauhidkan Allah Swt, sehingga terhindar dari
pemujaan terhadap materi. Takwa adalah sikap mental yang mendorong untuk selalu
ingat, waspada dan hati-hati memelihara diri dari noda dan dosa, menjaga
keselamatan dengan melakukan kebaikan dan menghindari keburukan. Ibadah artinya
melaksanakan usaha atau kerja dalam rangka beribadah kepada Allah Swt, sebagai
realisasi dari tugasnya menjadi khalifah fil ardl, untuk mencapai
kesejahteraan dan ketentraman di dunia dan di akhirat.
Kesimpulan
Berdasarkan
beberapa pengertian di atas, maka dapat disimpulkan etos kerja adalah sikap
yang mendasar baik yang sebelum, proses dan hasil yang bisa mewarnai manfaat
suatu pekerjaan. Sementara etos
kerja berfungsi sebagai alat penggerak tetap perbuatan dan kegiatan individu.
Lebih rinci fungsi etos kerja adalah:
1.
Pendorong
timbulnya perbuatan.
2.
Penggairah
dalam aktivitas.
Penggerak, seperti mesin bagi mobil besar kecilnya motivasi akan
menentukan cepat lambatnya suatu perbuatan
Adapun cara untuk menumbuhkan etos kerja
adalah sebagai berikut :
1.
Menumbuhkan
sikap optimis
2.
Jadilah
diri anda sendiri
3.
Keberanian
untuk memulai
4.
Kerja
dan waktu
Kosentrasikan diri pada pekerjaan
[2]
www.Google.com, Cara menumbuhkan semangat etos kerja, diakses pada tanggal
10 Mei 2013 di Al- Azhar Kembnagan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar