Selasa, 24 September 2019

Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar


Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar, Sinergi Menghadapi Dinamika Perubahan Zaman
Oleh : Rudi Hartono, M. Pd. I.

Kiprah YPI Al Azhar
Hampir tidak bisa dibayangkan kondisi YPI Al Azhar pada waktu itu, yaitu sekitar tahun 60an. Betapa kecil dan tidak majunya yayasan ini. Tetapi setelah seorang syeh dari Al Azhar Cairo yang bernama Mahmoud Syaltout mengunjungi yayasan ini keadaan menjadi berubah. Kedatangan beliau disambut oleh Prof. Dr. Hamka, yang pada waktu itu menjadi Imam Masjid Agung Kebayoran, dan sekarang namanya menjadi masjid agung Al Azhar dimana menurut Badruzzaman Busyairi dalam bukunya “Setengah Abad Al Azhar” masjid ini berdiri di atas tanah seluas 43.775 m2 dengan luas bangunan 7.656,2 m2.Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika perubahan kebutuhan umat, aktifitas di Masjid Agung Al Azhar terus tumbuh dan berkembang. Awalnya hanya kegiatan ibadah dan dakwah yang hanya diikuti oleh masyarakat sekitar, termasuk para pengayuh becak dan kuli bangunan. Kini jamaah masjid Agung Al Azhar datang dari berbagai lapisan umat, tidak saja mereka yang bermukim di kawasan elite Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bahkan dari luar daerahpun sering datang dan berkunjung ke masjid ini.
Semakin hari YPI Al Azhar semakin mendapat tempat di hati umat dan menambah harum nama Al Azhar di tengah-tengah masyarakat, tidak saja di Ibukota  Jakarta dan sekitarnya tapi juga sampai ke berbagai daerah di tanah air. Saat ini terdapat lebih dari 25 kelompok unit kegiatan yang sehari-hari menyemarakkan kehidupan beragama di kompleks Masjid Agung Al Azhar, dengan beragam bentuk dan corak aktifitas, seperti majelis taklim, pengajian, kursus, ceramah umum, diskusi, pelayanan kesehatan, pelayanan jenazah, bimbingan perjalanan haji dan umrah, pencak silat, madrasah diniyah (PIA), pendidikan formal dari taman kanak-kanak hingga perguruan tinggi, bahkan sampai pada pelayanan perbankan dan travel biro.
Kemajuan YPI Al Azhar
Tidak bisa dipungkiri, bahwa alumni YPI Al Azhar sampai saat ini terhitung ribuan, bahkan selalu saja ada masa di mana tokoh-tokoh yang pernah digembleng di YPI Al Azhar muncul ke permukaan. Mulai dari politisi, seniman hingga penulis. Mulai dari ketua kwarnas pramuka yaitu Dr. H. Adhiyaksa Dault, SH., M. Si., mantan ketua MK yaitu Prof. Dr. Jimly Assiddiqy, MA., dan lain sebagainya.  Semua mengaku menitisi warisan besar nilai-nilai YPI Al Azhar ini. Begitu tenarnya, puluhan bahkan mungkin sampai ratusan yayasan telah mencoba melakukan copy paste model pendidikan ala YPI Al Zhar ini. Ada yang menjiplak 100 %, ada juga yang hanya 50 %.Yang jelas YPI Al Azhar terus menjadi inspirasi model yayasan yang dicita-citakan banyak kalangan. Semua pihak angkat topi, tak terkecuali dari kalangan mana pun. Kalau saya melihat fenomena di atas, maka kuat dugaan saya : “bahwa YPI Al Azhar memiliki setidaknya 4 keunikan yang jarang dimiliki oleh yayaan lain”. Faktor-faktor itulah yang menurut hemat penulis membuatnya bertahan sampai usia 66 tahun ini lamanya. Adapun faktor-faktor tersebut yang menurut hemat penulis harus tetap dipertimbangkan dan dikembangkan. Faktor tersebut adalah :
Pertama, sistem manajemen transparan. Sejak pertama kali berdiri, YPI Al Azhar memang unggul dalam hal sistem manajemen yang boleh dibilang modern. Bahkan, sampai saat ini pun nyaris belum ada tandingannya. Ketika banyak yayasan-yayasan yang tidak mampu memisahkan harta yayasan dengan keluarga pendiri yayasan, maka YPI Azhar dengan tegas memberikan batasan hak-hak dan kewajiban bagi para pendiri yayasan. Tidak hanya itu, sampai kini YPI Al Azhar yang sekarang dipimpin oleh Drs. Sobirin HS. menjadi maju dan kaya raya dikarenakan memiliki beberapa aset dan unit-unit usaha. Adapun rahasia manajemen transparan sebagaimana yang dituangkan oleh H. Cecep Kurnia Sogoz, dalam bukunya “Catatan Seorang Pendidik 30 Tahun Mengabdi“, beliau menjelaskan, walaupun yayasan mengkhususkan diri dalam pembinaan sumber daya insani melalui pendidikan&dakwah, pada hakikatnya yayasan adalah alat perjuangan yang mendapat dukungan daya dan dana dari masyarakat, karena pengelolaan secara transparan, akuntabel dan efisien haruslah dibudayakan sebagai pemenuhan unsur amanah, salah satu nilai yang kita anut.
Kedua, berjiwa sabar dan ikhlas. Di lingkungan YPI Al Azhar sangat dikenal ungkapan “al ikhlasu ruhul amal” ikhlas itu jiwa sebuah perbuatan. Konsep inilah yang membuat manajemen yayasan selalu eksis di bidangnya masing-masing. YPI Al Azhar melalui salah satu kegiatan pembinaan rutinnya yaitu kegiatan shalat subuh berjamaah dan kuliyah subuh secara tidak langsung mendorong para pegawainya melaksanakan segala sesuatu secara maksimal (man jadda wajada) tanpa banyak memiliki hidden agenda. Semua bergerak seirama bagaikan air bah yang mampu menyapu apa saja yang ada di depannya. Jiwa sabar dan ikhlas ini juga ditunjukkan oleh banyak alumninya yang terus setia mengembangkan YPI Al Azhar, guna melanjutkan cita-cita sang pendiri YPI Al Azhar. Jumlah alumni yang kini berada di hampir semua pelosok dunia menjadikan YPI Al Azhar terus berkibar di penjuru persada nusantara.
Ketiga, konsep dari umat, oleh umat, dan untuk semua umat. Konsep ini telah membuat YPI Al Azhar seperti gadis seksi yang diperebutkan semua pria tampan. Dengan terus memegang teguh konsep ini, maka sebenarnya YPI Al Azhar dengan penuh kesadaran menjadi besar dan mulia. Tatkala banyak yayasan yang terjebak dalam politik praktis, menyebabkan yayasan tersebut kolep dan ditinggalkan oleh warganya. Semoga saja YPI Al Azhar selalu mempertahankan konsep tersebut.
Keempat, budaya disiplin. YPI Al Azhar adalah ladangnya kedisiplinan. Dengan disiplin yang ketat menjadikan warganya memiliki kepribadian yang kuat, bahkan mampu terus berinovasi dan bertahan dalam gejolak dinamika kehidupan dunia yang semakin berubah. Mentalitas dan militansi yang tinggi ini adalah modal dasar yang sampai kini kurang dimiliki sebagian besar bangsa Indonesia sehingga mudah terlibas oleh bangsa-bangsa lainnya. Melalui YPI Al Azhar inilah bersama-sama memajuklan bangsa Indonesia. Ada yang mengatakan bahwa program bilingual di unit-unit sekolah tertentu menjadi keunggulan tersendiri bagi YPI Al Azhar. Pada awalnya hal tersebut bisa jadi benar adanya. Namun dalam konteks kekinian dewasa ini, sudah terlalu banyak yayasan atau lembaga pendidikan yang memiliki metode canggih untuk mempelajari bahasa asing dengan cepat dan mudah.
Kesadaran Religius Umat dan Masyarakat
Berdasarkan penjelasan yang pernah disampaikan oleh perwakilan YPI Al Azhar dalam hal ini oleh Bapak Dja’far ketika berkunjung ke kampus Al Azhar Kembangan pada tahun 2017 lalu, beliau pernah menyampaikan bahwa YPI Al Azhar pernah mengadakan penelitian dimana yang menjadi sampel adalah para orangtua murid, dan ditemukan hasilnya ternyata sebagian besar orientasi orangtua menyekolahkan anak-anaknya di unit sekolah YPI Al Azhar adalah karena bidang keagamaanya.  Maka menurut hemat penulis tidak salah jika para orangtua berbondong-bondong menyekolahkan anak-anaknya di Al Azhar. Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat menjadikan semakin meningkatnya kesadaran religius masyarakat terutama kalangan menengah ke atas untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang bercirikan Islam yang sangat kental dengan pendidikan agama dan moral di samping pendidikan dengan basis Ipteknya seperti Al Azhar ini.
Dinamika perubahan zaman dewasa ini begitu cepat terasa, oleh karena itu dibutuhkan hubungan kerjasama antara YPI Al Azhar dengan stakeholder lingkungan sekolah terutama Jam’iyyatul Waalidin (Persatuan orang tua murid), sehingga secara tidak langsung Jami’iyatul waalidin dapat berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh YPI Al Azhar dan merasa saling memiliki. Akan tetapi kita tidak boleh berleha-leha di usia 66 Tahun YPI Al Azhar ini, kita dapat melihat di sekitar kita sekarang, betapa banyaknya kompetitor sejenis yang akan dan siap bersaing dengan YPI Al Azhar. Berkembangnya sekolah umum dan sekolah non muslim di Wilayah DKI Jakarta pada khususnya, dengan biaya yang cukup murah bahkan ada sekolah yang gratis, ditunjang dengan fasilitas yang menarik merupakan hal yang harus diimbangi dan diperhatikan oleh YPI Al Azhar. Hal tersebut jika tidak disikapi secara profesional, maka di masa yang akan datang dapat terjadi YPI Al Azhar bukan pilihan utama lagi bagi orang tua murid untuk menyekolahkan anaknya.
Menurut hemat penulis, di ulang tahunnya ke 66 YPI Al Azhar ini, sudah selayaknya YPI Al Azhar kembali membuka lembaran prinsip-prinsip lama yang membuatnya menjadi yayasan raksasa dan berpengaruh. Upaya dari banyak pihak untuk menyeret YPI Al Azhar ke dalam kancah politik praktis, pasti akan terus dilakukan tanpa mengenal lelah. Sedangkan godaan materi dan royalti yang dapat mengendorkan jiwa sabar, ikhlas, dan disiplin, diyakini akan menjadi tantangan dan ancaman terbesar bagi YPI Al Azhar. Oleh karena itu tanpa memegang teguh prinsip-prinsip yang disoroti oleh penulis di atas, maka YPI Al Azhar akan segera tertulis dalam buku sejarah masa lalu, sehingga orang-orang hanya berkata "fantadziris sa'ah", tinggal menunggu waktunya saja.

Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar
Kekuatan YPI Al Azhar bisa saja terletak dari namanya. Nama Al Azhar sebagai sebuah yayasan yang bercirikan dan bernafaskan Islam, tentu sudah mendapat tempat di hati umat dan masyarakat. Didukung oleh animo masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya pada unit pendidikan di bawah naungan YPI Al Azhar semakin meningkat. YPI Al Azhar juga memiliki SDM yang mumpuni di bidang masing-masing yang memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya, mulai dari lulusan D2, PGSD, S1, S2, bahkan S3 bidang studi kependidikan. Usia pegawai YPI Al Azhar sebagian besar dalam usia muda produktif dan enerjik serta memiliki dedikasi yang tinggi. YPI Al Azhar dengan didukung oleh sarana dan prasarana yang selalu diupayakan peningkatannya baik dari sisi  kuantitas jumlah, maupun kualitasnya agar mencapai standar ideal.
Penulis selalu ingat akan sebuah atsar yang disampaikan oleh Ali Bin Abi Thalib, yang berbunyi : "الحق بلا نظام يغلبه الباطل بالنظامyang artinya suatu kebenaran bila tidak dikelola dengan baik maka akan dikalahkan oleh kebathilan yang dikelola dengan baik. Oleh karena itu di usianya yang ke 66 YPI Al Azhar harus terus berbenah dan mempertahankan apa yang sudah diraihnya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa salah satu ladang dari YPI Al Azhar adalah bidang pendidikan, dalam hal ini unit sekolah mulai dari TK, SD, SMP, dan SMA, serta Perguruan Tinggi. Tidak dapat dipungkiri kenaikan biaya sekolah setiap tahunnya sudah memberikan kesan kepada sebagian umat dan masyarakat bahwa : “Al Azhar pada umumnya sebagai sekolah yang mahal atau sekolah yang hanya untuk orang-orang elit tertentu saja yang mampu”. Oleh karena itu menurut hemat penulis YPI Al Azhar harus berani mengambil refleksi kebijakan yang mengimbangi image masyarakat tersebut bahwa Al Azhar adalah sekolah yang mahal dengan cara memberikan biasiswa bagi murid yang tidak mampu tetapi memiliki prestasi yang tinggi dan juga murid yang hafal beberapa juz dalam Al Qur’an. Beberapa yayasan yang lain bahkan sudah ada yang berani memberikan kesempatan dan mengambil kebijakan tersebut. Teras miris rasanya jika YPI Al Azhar yang sebesar ini tidak berani mengambil terobosan yang sama seperti yayasan-yayasan yang lain itu. Selama ini yang penulis ketahui dari lapangan, pihak YPI Al Azhar hanya memberikan potongan biaya masuk sekolah untuk murid-murid tertentu dan itupun hanya untuk anak kandung dari kalangan pegawai YPI Al Azhar sendiri yang besarnya sampai 50%. Untuk mengegolkan kebijakan tersebut yakni memberikan beasiswa bagi murid berprestasi dan hafal beberapa juz dalam Al Qur’an, maka dibutuhkan sinergi bersama antara warga YPI Al Azhar dan stakeholder yang ada.
Benang Merah
Benang merah dari sekelumit tulisan ini adalah, bahwa dalam menghadapi dinamika perubahan zaman yang sangat global ini, dibutuhkan sinergisitas yang tinggi dari semua warga YPI Al Azhar, jika kita hanya duduk berdiam diri membanggakan prestasi yang sudah didapatkan maka bisa jadi YPI Al Azhar yang kita cintai ini akan luntur digerus peradaban zaman. Kemajuan YPI Al Azhar sekarang ini harus didorong dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk maju dan meluaskan wawasan mencakup bidang dakwah, pendidikan, sosial, keilmuan, politik, ekonomi, teknologi, kesehatan, keagamaan dan lain-lain.
Kalau kita hanya membatasi pada bidang dakwah, pendidikan, dan sosial saja, bisa jadi kita akan terlibas oleh perkembangan zaman. YPI Al Azhar juga harus mengutamakan kemandirian, dibantu pihak luar ataupun tidak, YPI Al Azhar harus tetap berjalan. Dan satu hal lagi yang tidak boleh terlupa menurut hemat penulis adalah YPI Al Azhar harus selalu berkomitmen, istiqomah terhadap pananaman dan penguatan akidah, syariat dan akhlak. Eksistensi suatu yayasan akan diakui apabila menanamkan tiga komponen pokok ajaran Islam tersebut, yaitu iman, islam, dan ihsan.
Selamat ulang tahun ke 66 YPI Al Azhar sesuai namamu (Al Azhar), teruslah berkembang dan gemilang, maju dan menjadi inspirasi bagi seluruh umat di persada nusantara.

Daftar Pustaka :
1.    Badruzzaman Busyairi, 2002, Setengah Abad Al Azhar, Jakarta : Yayasan Pesantren Islam Al Azhar
2.    H. Cecep Kurnia Sogoz, 2012, Yayasan Pesantren Islam Al Azhar , Catatan Seorang Pendidik, 30 Tahun Mengabdi, Jakarta : Direktorat Dikdasmen YPI Al Azhar.
3.    Warta Al Azhar edisi 291//Januari 2018
4.    Warta Al Azhar edisi 289//Agustus 2017


Penulisan Esai dalam rangka ulang tahun ke 66 YPI Al Azhar.
Esai_Rudi Hartono, M. Pd. I._ Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar,_Sinergi Menghadapi Dinamika Perubahan Zaman_2018
Guru PAI Kelas I&II SD Islam Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara

Merawat Potret " Bodo Kupat" dalam tradisi Jepara Hari Kamis besok tepat tanggal 8 Syawwal 1442 H. Dalam tradisi masyarakat muslim...