Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar, Sinergi Menghadapi Dinamika Perubahan Zaman
Oleh : Rudi
Hartono, M. Pd. I.
Kiprah YPI Al Azhar
Hampir
tidak bisa dibayangkan kondisi YPI Al Azhar pada waktu itu, yaitu sekitar tahun
60an. Betapa kecil dan tidak majunya yayasan ini. Tetapi setelah seorang syeh
dari Al Azhar Cairo yang bernama Mahmoud Syaltout mengunjungi yayasan ini
keadaan menjadi berubah. Kedatangan beliau disambut oleh Prof. Dr. Hamka, yang pada
waktu itu menjadi Imam Masjid Agung Kebayoran, dan sekarang namanya menjadi
masjid agung Al Azhar dimana menurut Badruzzaman Busyairi dalam bukunya
“Setengah Abad Al Azhar” masjid ini berdiri di atas tanah seluas 43.775 m2
dengan luas bangunan 7.656,2 m2.Seiring dengan perkembangan zaman dan dinamika
perubahan kebutuhan umat, aktifitas di Masjid Agung Al Azhar terus tumbuh dan
berkembang. Awalnya hanya kegiatan ibadah dan dakwah yang hanya diikuti oleh
masyarakat sekitar, termasuk para pengayuh becak dan kuli bangunan. Kini jamaah
masjid Agung Al Azhar datang dari berbagai lapisan umat, tidak saja mereka yang
bermukim di kawasan elite Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, bahkan dari luar
daerahpun sering datang dan berkunjung ke masjid ini.
Semakin
hari YPI Al Azhar semakin mendapat tempat di hati umat dan menambah harum nama
Al Azhar di tengah-tengah masyarakat, tidak saja di Ibukota Jakarta dan
sekitarnya tapi juga sampai ke berbagai daerah di tanah air. Saat ini
terdapat lebih dari 25 kelompok unit kegiatan yang sehari-hari menyemarakkan
kehidupan beragama di kompleks Masjid Agung Al Azhar, dengan beragam bentuk dan
corak aktifitas, seperti majelis taklim, pengajian, kursus, ceramah umum,
diskusi, pelayanan kesehatan, pelayanan jenazah, bimbingan perjalanan haji dan
umrah, pencak silat, madrasah diniyah (PIA), pendidikan formal dari taman kanak-kanak
hingga perguruan tinggi, bahkan sampai pada pelayanan perbankan dan travel
biro.
Kemajuan YPI Al Azhar
Tidak bisa dipungkiri, bahwa alumni YPI Al Azhar sampai saat ini terhitung
ribuan, bahkan selalu saja ada masa di mana tokoh-tokoh yang pernah digembleng
di YPI Al Azhar muncul ke permukaan. Mulai dari politisi, seniman hingga
penulis. Mulai dari ketua kwarnas pramuka yaitu Dr. H. Adhiyaksa Dault, SH., M.
Si., mantan ketua MK yaitu Prof. Dr. Jimly Assiddiqy, MA., dan lain sebagainya.
Semua mengaku menitisi warisan besar
nilai-nilai YPI Al Azhar ini. Begitu tenarnya, puluhan bahkan mungkin sampai ratusan
yayasan telah mencoba melakukan copy paste model pendidikan ala YPI Al Zhar ini.
Ada yang menjiplak 100 %, ada juga yang hanya 50 %.Yang jelas YPI Al Azhar
terus menjadi inspirasi model yayasan yang dicita-citakan banyak kalangan.
Semua pihak angkat topi, tak terkecuali dari kalangan mana pun. Kalau saya
melihat fenomena di atas, maka kuat dugaan saya : “bahwa YPI Al Azhar memiliki
setidaknya 4 keunikan yang jarang dimiliki oleh yayaan lain”. Faktor-faktor
itulah yang menurut hemat penulis membuatnya bertahan sampai usia 66 tahun ini
lamanya. Adapun faktor-faktor tersebut yang menurut hemat penulis harus tetap
dipertimbangkan dan dikembangkan. Faktor tersebut adalah :
Pertama, sistem manajemen transparan. Sejak
pertama kali berdiri, YPI Al Azhar memang unggul dalam hal sistem manajemen
yang boleh dibilang modern. Bahkan, sampai saat ini pun nyaris belum ada
tandingannya. Ketika banyak yayasan-yayasan yang tidak mampu memisahkan harta
yayasan dengan keluarga pendiri yayasan, maka YPI Azhar dengan tegas memberikan
batasan hak-hak dan kewajiban bagi para pendiri yayasan. Tidak hanya itu,
sampai kini YPI Al Azhar yang sekarang dipimpin oleh Drs. Sobirin HS. menjadi
maju dan kaya raya dikarenakan memiliki beberapa aset dan unit-unit usaha.
Adapun rahasia manajemen transparan sebagaimana yang dituangkan oleh H. Cecep
Kurnia Sogoz, dalam bukunya “Catatan Seorang Pendidik 30 Tahun Mengabdi“,
beliau menjelaskan, walaupun yayasan mengkhususkan diri dalam pembinaan sumber
daya insani melalui pendidikan&dakwah, pada hakikatnya yayasan adalah alat
perjuangan yang mendapat dukungan daya dan dana dari masyarakat, karena
pengelolaan secara transparan, akuntabel dan efisien haruslah dibudayakan
sebagai pemenuhan unsur amanah, salah satu nilai yang kita anut.
Kedua, berjiwa sabar dan ikhlas. Di lingkungan YPI Al Azhar
sangat dikenal ungkapan “al ikhlasu ruhul amal” ikhlas itu jiwa sebuah
perbuatan. Konsep inilah yang membuat manajemen yayasan selalu eksis di bidangnya
masing-masing. YPI Al Azhar melalui salah satu kegiatan pembinaan rutinnya yaitu
kegiatan shalat subuh berjamaah dan kuliyah subuh secara tidak langsung
mendorong para pegawainya melaksanakan segala sesuatu secara maksimal (man
jadda wajada) tanpa banyak memiliki hidden agenda. Semua bergerak seirama
bagaikan air bah yang mampu menyapu apa saja yang ada di depannya. Jiwa sabar
dan ikhlas ini juga ditunjukkan oleh banyak alumninya yang terus setia mengembangkan
YPI Al Azhar, guna melanjutkan cita-cita sang pendiri YPI Al Azhar. Jumlah
alumni yang kini berada di hampir semua pelosok dunia menjadikan YPI Al Azhar
terus berkibar di penjuru persada nusantara.
Ketiga, konsep dari umat, oleh umat, dan untuk
semua umat. Konsep ini telah membuat YPI Al Azhar seperti gadis seksi yang
diperebutkan semua pria tampan. Dengan terus memegang teguh konsep ini, maka
sebenarnya YPI Al Azhar dengan penuh kesadaran menjadi besar dan mulia. Tatkala
banyak yayasan yang terjebak dalam politik praktis, menyebabkan yayasan
tersebut kolep dan ditinggalkan oleh warganya. Semoga saja YPI Al Azhar selalu
mempertahankan konsep tersebut.
Keempat, budaya disiplin. YPI Al Azhar adalah
ladangnya kedisiplinan. Dengan disiplin yang ketat menjadikan warganya memiliki
kepribadian yang kuat, bahkan mampu terus berinovasi dan bertahan dalam gejolak
dinamika kehidupan dunia yang semakin berubah. Mentalitas dan militansi yang
tinggi ini adalah modal dasar yang sampai kini kurang dimiliki sebagian besar
bangsa Indonesia sehingga mudah terlibas oleh bangsa-bangsa lainnya. Melalui
YPI Al Azhar inilah bersama-sama memajuklan bangsa Indonesia. Ada yang mengatakan
bahwa program bilingual di unit-unit sekolah tertentu menjadi keunggulan
tersendiri bagi YPI Al Azhar. Pada awalnya hal tersebut bisa jadi benar adanya.
Namun dalam konteks kekinian dewasa ini, sudah terlalu banyak yayasan atau lembaga
pendidikan yang memiliki metode canggih untuk mempelajari bahasa asing dengan
cepat dan mudah.
Kesadaran Religius Umat dan Masyarakat
Berdasarkan penjelasan yang pernah disampaikan oleh perwakilan YPI Al Azhar dalam hal ini
oleh Bapak Dja’far ketika berkunjung ke kampus Al Azhar Kembangan pada tahun
2017 lalu, beliau pernah menyampaikan bahwa YPI Al Azhar pernah mengadakan penelitian dimana yang menjadi sampel adalah
para orangtua murid, dan ditemukan hasilnya ternyata sebagian besar orientasi
orangtua menyekolahkan anak-anaknya di unit sekolah YPI Al Azhar adalah karena
bidang keagamaanya. Maka menurut hemat
penulis tidak salah jika para orangtua berbondong-bondong menyekolahkan
anak-anaknya di Al Azhar. Pergeseran nilai-nilai dalam masyarakat menjadikan semakin
meningkatnya kesadaran religius masyarakat terutama kalangan menengah ke atas
untuk menyekolahkan putra-putrinya di sekolah yang bercirikan Islam yang sangat
kental dengan pendidikan agama dan moral di samping pendidikan dengan basis
Ipteknya seperti Al Azhar ini.
Dinamika perubahan zaman dewasa ini begitu cepat terasa, oleh
karena itu dibutuhkan hubungan kerjasama antara YPI Al Azhar dengan stakeholder lingkungan sekolah terutama Jam’iyyatul
Waalidin (Persatuan orang tua murid), sehingga secara tidak langsung
Jami’iyatul waalidin dapat berperan aktif dalam kegiatan yang dilaksanakan oleh
YPI Al Azhar dan merasa
saling memiliki. Akan tetapi kita tidak boleh berleha-leha di usia 66 Tahun YPI
Al Azhar ini, kita dapat melihat di sekitar kita sekarang, betapa banyaknya
kompetitor sejenis yang akan dan siap bersaing dengan YPI Al Azhar.
Berkembangnya sekolah umum dan sekolah non muslim di Wilayah DKI Jakarta pada
khususnya, dengan biaya yang cukup murah bahkan ada sekolah yang gratis,
ditunjang dengan fasilitas yang menarik merupakan hal yang harus diimbangi dan
diperhatikan oleh YPI Al Azhar. Hal tersebut jika tidak disikapi secara profesional, maka di masa
yang akan datang dapat terjadi YPI Al Azhar bukan pilihan utama lagi bagi orang
tua murid untuk menyekolahkan anaknya.
Menurut hemat penulis, di ulang tahunnya ke 66 YPI Al Azhar ini, sudah
selayaknya YPI Al Azhar kembali membuka lembaran prinsip-prinsip lama yang
membuatnya menjadi yayasan raksasa dan berpengaruh. Upaya dari banyak pihak
untuk menyeret YPI Al Azhar ke dalam kancah politik praktis, pasti akan terus
dilakukan tanpa mengenal lelah. Sedangkan godaan materi dan royalti yang dapat
mengendorkan jiwa sabar, ikhlas, dan disiplin, diyakini akan menjadi tantangan dan
ancaman terbesar bagi YPI Al Azhar. Oleh karena itu tanpa memegang teguh
prinsip-prinsip yang disoroti oleh penulis di atas, maka YPI Al Azhar akan
segera tertulis dalam buku sejarah masa lalu, sehingga orang-orang hanya berkata
"fantadziris sa'ah", tinggal menunggu waktunya saja.
Refleksi 66 Tahun YPI
Al Azhar
Kekuatan YPI Al Azhar bisa saja
terletak dari namanya. Nama Al Azhar sebagai sebuah yayasan yang bercirikan dan
bernafaskan Islam, tentu sudah mendapat tempat di hati umat dan masyarakat. Didukung oleh animo masyarakat yang ingin menyekolahkan anaknya
pada unit pendidikan di bawah naungan YPI Al Azhar semakin meningkat. YPI Al Azhar juga memiliki SDM yang mumpuni di bidang masing-masing yang
memiliki kualifikasi sesuai dengan bidangnya, mulai dari lulusan D2, PGSD, S1,
S2, bahkan S3 bidang studi kependidikan. Usia pegawai YPI Al Azhar sebagian besar
dalam usia muda produktif dan enerjik serta memiliki dedikasi yang tinggi. YPI Al Azhar dengan
didukung oleh sarana dan prasarana yang selalu diupayakan peningkatannya baik
dari sisi kuantitas jumlah, maupun
kualitasnya agar mencapai standar ideal.
Penulis selalu ingat akan sebuah atsar yang disampaikan oleh Ali Bin
Abi Thalib, yang berbunyi : “ "الحق بلا نظام
يغلبه الباطل بالنظامyang artinya
suatu kebenaran bila tidak dikelola dengan baik maka akan dikalahkan oleh
kebathilan yang dikelola dengan baik. Oleh karena itu di usianya yang ke 66 YPI Al Azhar harus terus berbenah dan mempertahankan apa yang sudah
diraihnya. Seperti yang kita ketahui bersama bahwa salah satu ladang dari YPI
Al Azhar adalah bidang pendidikan, dalam hal ini unit sekolah mulai dari
TK, SD, SMP, dan SMA, serta Perguruan Tinggi. Tidak dapat dipungkiri kenaikan
biaya sekolah setiap tahunnya sudah memberikan kesan kepada sebagian umat dan masyarakat
bahwa : “Al Azhar pada umumnya sebagai sekolah yang mahal atau sekolah yang hanya
untuk orang-orang elit tertentu saja yang mampu”. Oleh karena itu menurut
hemat penulis YPI Al Azhar harus berani mengambil refleksi kebijakan
yang mengimbangi image masyarakat tersebut bahwa Al Azhar adalah sekolah yang
mahal dengan cara memberikan biasiswa bagi murid yang tidak mampu tetapi
memiliki prestasi yang tinggi dan juga murid yang hafal beberapa juz dalam Al
Qur’an. Beberapa yayasan yang lain bahkan sudah ada yang berani memberikan
kesempatan dan mengambil kebijakan tersebut. Teras miris rasanya jika YPI Al
Azhar yang sebesar ini tidak berani mengambil terobosan yang sama seperti yayasan-yayasan
yang lain itu. Selama ini yang penulis ketahui dari lapangan, pihak YPI Al
Azhar hanya memberikan potongan biaya masuk sekolah untuk murid-murid tertentu
dan itupun hanya untuk anak kandung dari kalangan pegawai YPI Al Azhar sendiri
yang besarnya sampai 50%. Untuk mengegolkan kebijakan tersebut yakni memberikan
beasiswa bagi murid berprestasi dan hafal beberapa juz dalam Al Qur’an, maka
dibutuhkan sinergi bersama antara warga YPI Al Azhar dan stakeholder
yang ada.
Benang Merah
Benang merah dari sekelumit tulisan ini adalah, bahwa dalam
menghadapi dinamika perubahan zaman yang sangat global ini, dibutuhkan sinergisitas yang tinggi dari semua warga YPI
Al Azhar, jika kita hanya duduk berdiam diri membanggakan prestasi yang sudah didapatkan
maka bisa jadi YPI Al Azhar
yang kita cintai ini akan luntur digerus peradaban zaman. Kemajuan YPI Al Azhar sekarang ini harus didorong dengan keinginan dan kemauan yang kuat untuk
maju dan meluaskan wawasan mencakup bidang dakwah, pendidikan, sosial,
keilmuan, politik, ekonomi, teknologi, kesehatan, keagamaan dan lain-lain.
Kalau kita hanya
membatasi pada bidang dakwah, pendidikan, dan sosial saja, bisa jadi kita akan
terlibas oleh perkembangan zaman. YPI
Al Azhar juga harus mengutamakan kemandirian, dibantu pihak luar ataupun tidak, YPI Al Azhar harus tetap berjalan.
Dan satu hal lagi yang tidak boleh terlupa menurut hemat penulis adalah YPI Al Azhar harus selalu
berkomitmen, istiqomah terhadap pananaman dan penguatan akidah, syariat dan
akhlak. Eksistensi suatu yayasan akan diakui apabila menanamkan tiga komponen
pokok ajaran Islam tersebut, yaitu iman, islam, dan ihsan.
Selamat ulang tahun ke 66 YPI Al Azhar sesuai namamu (Al Azhar), teruslah berkembang
dan gemilang, maju dan menjadi inspirasi bagi seluruh umat di persada nusantara.
Daftar Pustaka :
1. Badruzzaman Busyairi,
2002, Setengah Abad Al Azhar, Jakarta : Yayasan Pesantren Islam Al Azhar
2. H. Cecep Kurnia Sogoz,
2012, Yayasan Pesantren Islam Al Azhar , Catatan Seorang Pendidik, 30 Tahun
Mengabdi, Jakarta : Direktorat Dikdasmen YPI Al Azhar.
3. Warta Al Azhar edisi
291//Januari 2018
4. Warta Al Azhar edisi
289//Agustus 2017
Penulisan Esai dalam rangka ulang tahun ke 66 YPI Al Azhar.
Esai_Rudi Hartono, M. Pd. I._ Refleksi 66 Tahun YPI Al Azhar,_Sinergi
Menghadapi Dinamika Perubahan Zaman_2018
Guru PAI Kelas I&II
SD Islam Al Azhar 8 Kembangan Jakarta Barat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar